Kamis, 29 September 2011

Kata Mutiara - Mom & Dad



بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم








Ibu pernah bercerita saat-saat kelahiranku, ayah sedang tugas keluar kota. Tetapi ayah datang, menghadapkan aku ke kiblat dan melaungkan adzan ke telingaku. Setelah itu ayah pergi meninggalkan aku terlena dalam dekapan kasih ibu.



Di awal usia 5 tahun, aku sering bermain. ibu saja yang setia menanti aku menghabiskan kerianganku. pada suatu hari, ayah pulang dari tempat kerja memarahi ibu yang membiarkan aku terlena bermain. Ayah menarikku keluar dengan kasar.



Aku ingin menangis tetapi tangisan itu tertahan lantaran aku melonjak ria karena sepeda idamanku benar-benar di hadapanku.



Ayah mengajariku naik sepeda tersebut. Setelah beberapa saat ayah sengaja melepaskan tangannya. Aku menjerit ketakutan ketika tahu ayah benar-benar melepaskannya.



Sepeda tak terkendali dan roboh. Lututku berdarah. Ibu ingin menolongku tetapi dihalangi ayah. Ayah kejam !!.



Dengan dendam yang berbaur, aku bangkit dan kembali mengayuh sepeda tersebut. Tanpa aku sadari aku bisa naik sepeda dengan cepat. Aku dapat lihat ayah tersenyum puas.



********



Saat ujian sekolah, ibu saja yang bersungguh-sungguh memberi dorongan semangat. Ayah sekedar menetarwakan sikap ibu padahal aku sangat menanti perhatian dari ayah. Ayah pergi sambil mengucapkan semoga sukses tanpa sedikitpun berpaling ke arahku.



Aku kecewa tetapi bagaimanapun semangatku terus membara ketika melihat ayah seakan tidak menaruh setitis harapan untukku.



Tiba saatnya aku harus sekolah diasrama. Ibu menangis lagi saat-saat perpisahan itu. Aku nyaris mengeluarkan air mataku. Ayah mengulurkan uang saku untuk sebulan sambil berkata :



" Hidup ini satu perjuangan. Hanya yang takut saja yang akan mati."



Lalu ayah melepaskan pelukan ibu dan berlalu meninggalkan asrama. Tanpa lambaian atau sedikit pandangannya.



Bulan-bulan seterusnya, hanya ibu saja yang memberikan perhatian kepadaku di asrama. Ayah hanya akan meminta kertas ujianku.



Walaupun sedikit hampa tetapi aku tidak peduli karena ayah akan memberi uang saku tepat pada waktunya dan yang paling penting ayahlah yang sering membentulkan kesalahan pada kertas ujianku.



*************


Aku telah dewasa. pada hari pernikahanku, ibu mengecup dahiku dan air matanya menitis keluar. Itulah ibu... yang sering mengalirkan air matanya saat gembira maupun sedih.



Suatu ketika ayah duduk berbual dengan isteriku. Aku pernah terdengar isteriku mengadu perihalku. Tentang layananku terhadap aanak-anak dan aku mendengar ayah berkata :



"Aku pernah menyayangi mereka lebih dari dunia dan isinya."



Ketika isteriku mengadu sikapku yang dingin dan tegas terhadap anak-anak, aku akan teringat kata-kata ayah ;


"Aku pernah menyayangi mereka lebih dari dunia dan isinya."



Allahummaghfirlii Waliwaalidayya Warhamhumaa Kamaa Robbayaanii




I LOVE U ALWAYS DAD & MOM

Kata mutiara - Just me and my hijjab

Just me and my hijjab

When I walk by they seem to glare but when I turn back they give me a deadly stare, they think all I say is my life’s not fair. They think that I’m not allowed to choose what I where.
They would rather me in a tube top or in a short skirt, but trust this if any Muslim women had to wear that they would fell like dirt
I’m a Muslim women and I’m so very proud and trust me ill say it out loud
Don’t they know I’m happy don’t they know I’m free their ignorance and pride won’t make them agree
I’m happy who I am no one can change me it’s like I’m as free as the waves move the sea
god blessed me with the truth which is islam now that people see me with the viel they give me salam
Beauty within is all you need and inshallah you will agree
To sum it all up I don’t need no kufars respect but I surely don’t want there disrespect.

Kata Mutiara - Keutamaan Lailatul Qadar

Bismillahirrahmanirrahim

~ Keutamaan Lailatul Qadar


1. Lailatulqadar adalah malam yang penuh keberkahan (bertambahnya kebaikan). Allah Ta'ala berfirman , "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan." (QS. Al Qadar: 1).



2. Lailatul qadar lebih baik dari 1000 bulan. An Nakho'i mengatakan, "Amalan di lailatul qadarlebih baik dari amalan di 1000 bulan." Mujahid & Qotadah berpendapat bahwayang dimaksud dg lebih baik dari 1000 bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar.

3. Menghidupkan malam lailatul qadar dengan shalat akan mendapatkan pengampunan dosa.


Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihiwa sallam bersabda, "Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman & mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari no. 1901)




~ Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?


Kapan tanggal pasti lailatul qadar terjadi? Ibnu Hajar AlAsqolani telah menyebutkan empat puluhan pendapat ulama dlm masalah ini.Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimanadikatakan oleh beliau adalah lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil darisepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan waktunya berpindah-pindah dari tahunke tahun (Fathul Baari, 6/306, Mawqi' Al Islam Asy Syamilah). Mungkin pada thn tertentu terjadi pada malam ke-27 atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam ke-25, itu semua tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta'ala. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhanpada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa." (HR. Bukhari no. 2021)


Para ulama mengatakan bahwa hikmah Allah menyembunyikanpengetahuan tanggal pasti terjadinya lailatul qadar adalah agar orangbersemangat untuk mencarinya. Hal ini berbeda jika lailatul qadar sudahditentukan tanggal pastinya, justru nanti malah orang-orang akanbermalas-malasan.


~ Do'a di Malam Lailatul Qadar ~


Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do'a pada lailatulqadar, sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah.Beliau radhiyallahu 'anha berkata, "Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?" Beliau menjawab, "Katakanlah: 'Allahumma innaka 'afuwwuntuhibbul 'afwa fa'fu anni' (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi MahaMulia yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku)." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)


~ Tanda Malam Lailatul Qadar


1. Udara & angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan." (HR. Ath Thoyalisi.Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh/terpercaya)


2. Malaikat turun dengan membawa ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebutdan merasakan kelezatan dalam beribadah yang tidak didapatkan pada hari-hariyang lain.


3. Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.


4. Matahari akan terbit pada pagi harinya dalamkeadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka'ab bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik." (HR. Muslim no. 1174)




~ Bagaimana Seorang Muslim Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?


Seharusnya setiap muslim dapat memperbanyak ibadahnya ketikaitu, menjauhi istri-istrinya dari berjima' & membangunkan keluarga u/ melakukan ketaatan pada malam tersebut. 'Aisyah mengatakan, "Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan),beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dariberjima'), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya."(HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 117)


Adapun yang dimaksudkan dg menghidupkan malam lailatul qadar adalah menghidupkan mayoritas malam dg ibadah & bukan seluruh malam. Pendapat ini dipilih oleh sebagian ulama Syafi'iyah. Menghidupkan malam lailatul qadar bukan hanya shalat, bisa pula dg dzikir & tilawah Al Qur'an (Lihat 'Aunul Ma'bud, 3/313, Mawqi' Al Islam, Asy Syamilah).Namun amalan shalat lebih utama dari amalan lainnya di malam lailatul qadar berdasarkan hadits, "Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadarkarena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari no. 1901)


~ Bagaimana Wanita Haidh Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?


Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhohak, "Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya dalam keadaan berdzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?" Adh Dhohak pun menjawab, "Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akanmendapatkan bagian malam tersebut." (Latho-if Al Ma'arif, hal. 331)

Kata Mutiara - I'tikaf Ramadhan

* I'tikaf Ramadhan *.

I’tikaf secara bahasa berarti menetap pada sesuatu. Sedangkan secara syar’i, i’tikaf berarti menetap di masjid dengan tata cara yang khusus disertai dengan niat.[1]

Dalil Disyari’atkannya I’tikaf
...
Ibnul Mundzir mengatakan, “Para ulama sepakat bahwa i’tikaf itu sunnah, bukan wajib kecuali jika seseorang mewajibkan bagi dirinya bernadzar untuk melaksanakan i’tikaf.”[2]

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ ، فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِى قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari”.[3]

Waktu i’tikaf yang lebih afdhol adalah di akhir-akhir ramadhan (10 hari terakhir bulan Ramadhan) sebagaimana hadits ‘Aisyah, ia berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.”[4]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dengan tujuan untuk mendapatkan malam lailatul qadar, untuk menghilangkan dari segala kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Rabbnya, banyak berdo’a dan banyak berdzikir ketika itu.[5]

I’tikaf Harus Dilakukan di Masjid

Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,

وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

“(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”(QS. Al Baqarah: 187). Demikian juga dikarenakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu juga istri-istri beliau melakukannya di masjid, dan tidak pernah di rumah sama sekali. Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Para ulama sepakat bahwa disyaratkan melakukan i’tikaf di masjid.”[6] Termasuk wanita, ia boleh melakukan i’tikaf sebagaimana laki-laki, tidak sah jika dilakukan selain di masjid.[7]

I’tikaf Boleh Dilakukan di Masjid Mana Saja

Menurut mayoritas ulama, i’tikaf disyari’atkan di semua masjid karena keumuman firman Allah di atas (yang artinya) “Sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”. [8]

Imam Bukhari membawakan Bab dalam kitab Shahihnya, “I’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramdhan dan i’tikaf di seluruh masjid.” Ibnu Hajar menyatakan, “Ayat tersebut (surat Al Baqarah ayat 187) menyebutkan disyaratkannya masjid, tanpa dikhususkan masjid tertentu”[9].[10]

Para ulama selanjutnya berselisih pendapat masjid apakah yang dimaksudkan. Apakah masjid biasa di mana dijalankan shalat jama’ah lima waktu[11] ataukah masjid jaami’ yang diadakan juga shalat jum’at di sana?

Imam Malik mengatakan bahwa i’tikaf boleh dilakukan di masjid mana saja (asal ditegakkan shalat lima waktu di sana, pen) karena keumuman firman Allah Ta’ala,

وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

“sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”(QS. Al Baqarah: 187). Ini juga menjadi pendapat Imam Asy Syafi’i. Namun Imam Asy Syafi’i rahimahullah menambahkan syarat, yaitu masjid tersebut diadakan juga shalat Jum’at.[12] Tujuannya di sini adalah agar ketika pelaksanaan shalat Jum’at, orang yang beri’tikaf tidak perlu keluar dari masjid.

Kenapa disyaratkan di masjid yang ditegakkan shalat jama’ah? Ibnu Qudamah katakan, “Shalat jama’ah itu wajib (bagi laki-laki). Jika seorang laki-laki yang hendak melaksanakan i’tikaf tidak berdiam di masjid yang tidak ditegakkan shalat jama’ah, maka bisa terjadi dua dampak negatif: (1) meninggalkan shalat jama’ah yang hukumnya wajib, dan (2) terus menerus keluar dari tempat i’tikaf padahal seperti ini bisa saja dihindari. Jika semacam ini yang terjadi, maka ini sama saja tidak i’tikaf. Padahal maksud i’tikaf adalah untuk menetap dalam rangka melaksanakan ibadah pada Allah.”[13]

Wanita Boleh Beri’tikaf

Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan istri beliau untuk beri’tikaf. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ ، وَإِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ دَخَلَ مَكَانَهُ الَّذِى اعْتَكَفَ فِيهِ – قَالَ – فَاسْتَأْذَنَتْهُ عَائِشَةُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan. Apabila selesai dari shalat shubuh, beliau masuk ke tempat khusus i’tikaf beliau. Dia (Yahya bin Sa’id) berkata: Kemudian ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meminta izin untuk bisa beri’tikaf bersama beliau, maka beliau mengizinkannya.”[14]

Dari ‘Aisyah, ia berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.”[15]

Namun wanita boleh beri’tikaf di masjid asalkan memenuhi 2 syarat: (1) Meminta izin suami dan (2) Tidak menimbulkan fitnah (godaan bagi laki-laki) sehingga wanita yang i’tikaf harus benar-benar menutup aurat dengan sempurna dan juga tidak memakai wewangian.[16]

Lama Waktu Berdiam di Masjid

Para ulama sepakat bahwa i’tikaf tidak ada batasan waktu maksimalnya. Namun mereka berselisih pendapat berapa waktu minimal untuk dikatakan sudah beri’tikaf. [17]

Bagi ulama yang mensyaratkan i’tikaf harus disertai dengan puasa, maka waktu minimalnya adalah sehari. Ulama lainnya mengatakan dibolehkan kurang dari sehari, namun tetap disyaratkan puasa. Imam Malik mensyaratkan minimal sepuluh hari. Imam Malik juga memiliki pendapat lainnya, minimal satu atau dua hari. Sedangkan bagi ulama yang tidak mensyaratkan puasa, maka waktu minimal dikatakan telah beri’tikaf adalah selama ia sudah berdiam di masjid dan di sini tanpa dipersyaratkan harus duduk.[18]

Yang tepat dalam masalah ini, i’tikaf tidak dipersyaratkan untuk puasa, hanya disunnahkan[19]. Menurut mayoritas ulama, i’tikaf tidak ada batasan waktu minimalnya, artinya boleh cuma sesaat di malam atau di siang hari.[20] Al Mardawi rahimahullah mengatakan, “Waktu minimal dikatakan i’tikaf pada i’tikaf yang sunnah atau i’tikaf yang mutlak[21] adalah selama disebut berdiam di masjid (walaupun hanya sesaat).”[22]

Yang Membatalkan I’tikaf

Keluar masjid tanpa alasan syar’i dan tanpa ada kebutuhan yang mubah yang mendesak.
Jima’ (bersetubuh) dengan istri berdasarkan Surat Al Baqarah ayat 187. Ibnul Mundzir telah menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa yang dimaksud mubasyaroh dalam surat Al Baqarah ayat 187 adalah jima’ (hubungan intim)[23].

Yang Dibolehkan Ketika I’tikaf

Keluar masjid disebabkan ada hajat yang mesti ditunaikan seperti keluar untuk makan, minum, dan hajat lain yang tidak bisa dilakukan di dalam masjid.
Melakukan hal-hal mubah seperti mengantarkan orang yang mengunjunginya sampai pintu masjid atau bercakap-cakap dengan orang lain.
Istri mengunjungi suami yang beri’tikaf dan berdua-duaan dengannya.
Mandi dan berwudhu di masjid.
Membawa kasur untuk tidur di masjid.

Mulai Masuk dan Keluar Masjid

Jika ingin beri’tikaf selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan, maka seorang yang beri’tikaf mulai memasuki masjid setelah shalat Shubuh pada hari ke-21 dan keluar setelah shalat shubuh pada hari ‘Idul Fithri menuju lapangan. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits ‘Aisyah, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ ، وَإِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ دَخَلَ مَكَانَهُ الَّذِى اعْتَكَفَ فِيهِ – قَالَ – فَاسْتَأْذَنَتْهُ عَائِشَةُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan. Apabila selesai dari shalat shubuh, beliau masuk ke tempat khusus i’tikaf beliau. Dia (Yahya bin Sa’id) berkata: Kemudian ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meminta izin untuk bisa beri’tikaf bersama beliau, maka beliau mengizinkannya.”[24]

Namun para ulama madzhab menganjurkan untuk memasuki masjid menjelang matahari tenggelam pada hari ke-20 Ramadhan. Mereka mengatakan bahwa yang namanya 10 hari yang dimaksudkan adalah jumlah bilangan malam sehingga seharusnya dimulai dari awal malam.

Adab I’tikaf

Hendaknya ketika beri’tikaf, seseorang menyibukkan diri dengan melakukan ketaatan seperti berdo’a, dzikir, bershalawat pada Nabi, mengkaji Al Qur’an dan mengkaji hadits. Dan dimakruhkan menyibukkan diri dengan perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat.[25]

[1] Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/1699.
[2] Al Mughni, 4/456.
[3] HR. Bukhari no. 2044.
[4] HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172.
[5] Latho-if Al Ma’arif, hal. 338
[6] Fathul Bari, 4/271.
[7] Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/13775.
[8] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/151.
[9] Fathul Bari, 4/271.
[10] Adapun hadits marfu’ dari Hudzaifah yang mengatakan, ”Tidak ada i’tikaf kecuali pada tiga masjid yaitu masjidil harom, masjid nabawi dan masjidil aqsho”; perlu diketahui, hadits ini masih diperselisihkan statusnya, apakah marfu’ (sabda Nabi) atau mauquf (perkataan sahabat). (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/151). Jika melihat perkataan Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah, beliau lebih memilih bahwa hadits tersebut hanyalah perkataan Hudzaifah ibnul Yaman. Lihat Fathul Bari, 4/272.
[11] Walaupun namanya beraneka ragam di tempat kita, baik dengan sebutan masjid, musholla, langgar, maka itu dinamakan masjid menurut istilah para ulama selama diadakan shalat jama’ah lima waktu di sana untuk kaum muslimin. Ini berarti jika itu musholla rumahan yang bukan tempat ditegakkan shalat lima waktu bagi kaum muslimin lainnya, maka ini tidak masuk dalam istilah masjid. Sedangkan dinamakan masjid Jaami’ jika ditegakkan shalat Jum’at di sana. Lihat penjelasan tentang masjid di Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/13754.
[12] Lihat Al Mughni, 4/462.
[13] Al Mugni, 4/461.
[14] HR. Bukhari no. 2041.
[15] HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172.
[16] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/151-152.
[17] Lihat Fathul Bari, 4/272.
[18] Idem.
[19] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/153.
[20] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/154.
[21] I’tikaf mutlak, maksudnya adalah i’tikaf tanpa disebutkan syarat berapa
lama.
[22] Al Inshof, 6/17.
[23] Fathul Bari, 4/272.
[24] HR. Bukhari no. 2041.
[25] Lihat pembahasan I’tikaf di Shahih Fiqh Sunnah, 2/150-158.

Kata Mutiara - SHAUM RAMADHAN MELAHIRKAN KEPEDULIAN

✿SHAUM RAMADHAN MELAHIRKAN KEPEDULIAN✿

✿.¸¸ﷲ¸•♥ ♥ ✿¸¸ﷲ¸¸.•*•✿•*•✿




بِسْـــــــمِ أللَّهِ ألرَّحْمَنِ ألرَّحِيْ

❀❀.•❤• .¸¸ﷲ¸¸.•*¤* ¸.♥•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•¸✿¸


Ibadah shaum pada bulan ramadhan pada dasarnya adalah sebuah tarbiyah (pendidikan) keimanan, agar kita dapat merenungi eksistensi keberadaan diri kita sebagai manusia dan hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lebih jauh lagi agar kita memahami dan memaknai tugas kita sebagai umat Islam yang tidak hanya bertanggung jawab kepada diri kita sendiri, akan tetapi juga memiliki tanggung jawab kepada saudara-saudara kita umat Islam terutama mereka yang masih belum beruntung, baik yang akrab dengan serba kekurangan,kemiskinan,dan berbagai ragam sisi kehidupan yang bermuara pada status dhuafa dan fakir miskin.

Shaum yang dilaksanakan dalam bulan ramadhan melahirkan kepedulian,kepekaan sosial dan ikut serta merasakan penderitaan saudara-saudara kita yang serba kekurangan, dimana saat shaum kita merasakan menahan lapar dan haus, mulai dari fajar hingga tiba saat berbuka shaum,tentunya kita teringat bagaimana mereka saudara-sudara kita hanya untuk sekedar sesuap nasi saja mereka terkadang tidak ada kepastian harus makan dengan apa bahkan situasi demikian kerap dialaminya setiap hari.

Dengan situasi demikian diharapkan orang yang shaum dapat melahirkan sifat tolong-menolong “Wa Awani ala al birri wa al Taqwa” kepekaan terhadap saudara-saudara kita, khususnya terhadap mereka yang kurang mampu, baik secara ekonomi,pendidikan dan berbagai kekurangan lainnya, terlebih kepada anak yatim piatu dan fakir miskin.Sehingga demikian kita terhidar dari golongan orang-orang yang disebut dalam Al Quran sebagai orang yang mendustakan agama.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”(Q.S. Al Ma’un : 1-3.

Makna yang terkandung ketiga ayat diatas, Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan kita bahwa ciri-ciri orang yang mendustakan agama ada dua golongan.Golongan pertama adalah “Orang yang menghardik anak yatim”,termasuk didalamnya menelantarkan,tidak menyantuni,tidak peduli, dengan mereka dan golongan kedua yaitu "Tidak menganjurkan memberi makan orang miskin".

Melalui shaum ramadhan tahun ini, kita tumbuhkan sikap akhlaq yang mulia berlomba-lomba bersedekah, karena sangat terbuka lebar kesempatan untuk saling berbagi dan menebar amal kebaikan kepada saudara-saudara kita khusunya yatim piatu dan kaum fakir miskin.

Sebagaimana kita maklumi bersama bahwa amalan apapun yang kita kerjakan di bulan yang penuh kemuliaan ini pahalanya akan dilipatgandakan bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Bersedekah dengan ikhlas mengahrap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, semampu kita walaupun hanya dengan sebiji kurma.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

"Siapa yang mampu di antaramu untuk Bersedekah, maka lakukanlah, walaupun dengan sebiji kurma, siapa tidak punya harta, maka dengan kalimah Thayyibah" (HR. Muslim).

Bulan ramadhan sering disebut juga “Syahrul Muwasaat”yaitu bulan kepedulian, solidaritas umat dan bulan pertolongan, dengan ibadah shaum diharapkan kita turut merasakan penderitaan kaum fakir miskin sehingga akan melahirkan kepedulian yang tinggi dengan demikian tergerak hati kita dengan ikhlas menyisihkan sebagian harta untuk menyantuni saudara-saudara kita yang fakir miskin .Karena harta yang Allah Subhanahu wa Ta’ala’ karuniakan kepada kita adalah terdapat hak fakir miskin.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

Dalam khutbah yang panjang menjelang masuk bulan ramadhan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyampaikan bahwa bulan ramadhan adalah bulan solidaritas dan peduli,diantara isi khutbah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam :

“(Bulan Ramadhan) adalah Bulan Muwasaat; yaitu bulan solidaritas dan peduli”

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu’ bahwa” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam orang yang paling dermawan terlebih ketika berjumpa dengan malaikat Jibril dan malaikat Jibril selalu menemuinya setiap malam dibulan Ramadhan hingga akhir bulan itu." (H.R. Bukhari)

Rasulullah Shallallahui Alaihi wa Sallam’gemar memberikan pertolongan kepada anak yatim piatu,dan di surga kelak akan berdekatan dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, di ibaratkan seperti kedekatan jari telunjuk dan jari tengah.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Dari Sufyan bin Uyaynah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda : “Saya (Rasulullah) dan pengayom, pelindung anak yatim atau kepada yang lainnya di surga seperti dua ini, lalu Sufyan melakukan isyarat seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan isyarat dengan jari telunjuk dan tengah” (H.R At-Thabrani).

Kepedulian dan kepekaan adalah nilai untuk meningkatkan ketaqwaan, yang dimiliki oleh setiap muslim yang lahir melalui ibadah shaum ramadhan, nilai ini juga akan menumbuhkan sikap luhur akhlaq yang mulia, tolong-menolong, kedisiplinan, kejujuran, kemurahan hati, cinta kasih, keramahan, kebijaksanaan, dan tentunya nya kebahagiaan dunia dan akhirat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada ALLAH, sesungguhnya ALLAH amat berat siksa-Nya” (QS. Al Maidah : 2).

Sahabat-sahabat yang di Rahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Mudah-mudahan manfaat buat kita semua,Yang benar haq semua datang-Nya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,yang kurang dan khilaf mohon sangat dimaafkan ’’Akhirul qalam “Wa tawasau bi al-haq Watawa saubil shabr “.Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala , Senantiasa menunjukkan kita pada sesuatu yang di Ridhai dan di Cintai-Nya..Aamiin Allahuma AAmiin.

❀.•❤•Walhamdulillah Rabbil’alamin •❤•.

Kata Mutiara - Kriteria Memilih Calon Suami Yang Baik

Menikah, satu kata ini akan menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi pemuda ataupun pemudi yang sudah mencapai usia remaja. Remaja yang sudah mulai memiliki rasa tertarik dengan lawan jenisnya, akan memperhatikan pasangan yang diimpikan menjadi pasangan hidupnya. Sejenak waktu, hatinya akan merenda mimpi, membayangkan masa depan yang indah bersamanya.
Saudariku muslimah yang dirahmati Allah, tentu kita semua menginginkan pasangan hidup yang dapat menjadi teman dalam suka dan duka, bersama dengannya membangun rumah tangga yang bahagia, sampai menapaki usia senja, bahkan menjadi pasangan di akhirat kelak.

Diantara kriteria-kriteria yang hendaknya kita utamakan antara lain:

1. Memilih calon suami yang mempunyai agama dan akhlak yang baik, dengan hal tersebut ia diharapkan dapat melaksanakan kewajiban secara sempurna dalam membimbing keluarga, menunaikan hak istri, mendidik anak, serta memiliki tanggung jawab dalam menjaga kehormatan keluarga.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Jika datang melamar kepadamu orang yang engkau ridho agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dengannya, jika kamu tidak menerimanya, niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang luas.” (HR. Tirmidzi, hasan)

Seorang laki-laki bertanya kepada Hasan bin ‘Ali, “Saya punya seorang putri, siapakah kiranya yang patut jadi suaminya ?” Hasan bin ‘Ali menjawab, “Seorang laki-laki yang bertaqwa kepada Allah, sebab jika ia senang ia akan menghormatinya, dan jika ia sedang marah, ia tidak suka zalim kepadanya.”

2. Memilih calon suami yang bukan dari golongan orang fasiq, yaitu orang yang rusak agama dan akhlaknya, suka berbuat dosa, dan lain-lain.

“Siapa saja menikahkan wanita yang di bawah kekuasaanya dengan laki-laki fasiq, berarti memutuskan tali keluarga.” (HR. Ibnu Hibban, dalam Adh-Dhu’afa’ & Ibnu Adi)

Ibnu Taimiyah berkata, “Laki-laki itu selalu berbuat dosa, tidak patut dijadikan suami. Sebagaimana dikatakan oleh salah seorang salaf.” (Majmu’ Fatawa 8/242)

3. Laki-laki yang bergaul dengan orang-orang sholeh.

4. Laki-laki yang rajin bekerja dan berusaha, optimis, serta tidak suka mengobral janji dan berandai-andai.

5. Laki-laki yang menghormati orang tua kita.

6. Laki-laki yang sehat jasmani dan rohani.

7. Mau berusaha untuk menjadi suami yang ideal, diantaranya: Melapangkan nafkah istri dengan tidak bakhil dan tidak berlebih-lebihan; memperlakukan istri dengan baik, mesra, dan lemah lembut; bersendau gurau dengan istri tanpa berlebih-lebihan; memaafkan kekurangan istri dan berterima kasih atas kelebihannya; meringankan pekerjaan istri dalam tugas-tugas rumah tangga; tidak menyiarkan rahasia suami istri; memberi peringatan dan bimbingan yang baik jika istri lalai dari kewajibannya; memerintahkan istri memakai busana muslimah ketika keluar; menemani istri bepergian; tidak membawa istri ke tempat-tempat maksiat; menjaga istri dari segala hal yang dapat menimbulkan fitnah kepadanya; memuliakan dan menghubungkan silaturahim kepada orang tua dan keluarga istri; memanggil istri dengan panggilan kesukaannya; dan yang terpenting bekerjasama dengan istri dalam taat kepada Allah Ta’ala.

Satu hal yang perlu kita ingat saudariku, bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Jangan pernah membayangkan bahwa laki-laki yang sholeh itu tidak punya cacat & kekurangan. Tapi, satu hal yang tidak boleh kita tinggalkan adalah ikhtiar dengan mencari yang terbaik untuk kita, serta bertawakal kepada Allah dengan diiringi do’a.

Kata Mutiara - Surat dari Umm Taqi

Surat dari Umm Taqi

Assalamualaikum,



Saudaraku muslim dan muslimah, dalam kesempatan ini aku ingin mengirim pesan dari saudaramu di Gaza. simaklah kondisi kami dan sampaikan kepada siapa saja entah itu orang yang kalian kenal ataupun yang tidak kalian kenal



Ketika Zionis menyerang kami tanggal 27 Desember 2008, sebenarnya mereka tidak hanya menyerang Hamas, dan kaum muslimin di Gaza, tapi mereka menyerang umat Islam keseluruhan. Mereka menyerang Islam dengan harapan bahwa mereka akan dapat melemahkan dan akhirnya menghancurkan Islam dan umat Muhammad SAW.



Dan mereka tidak akan pernah berhenti di sini. Mereka ingin merampas Al Aqsa yang kita cintai, mereka ingin Tepi Barat dan percayalah kepadaku jika saya katakan bahwa mereka ingin seluruh Timur Tengah.



Namun mereka tidak akan pernah berhasil. Mereka tidak akan pernah bisa memadamkan cahaya Allah. Insya Allah.



Situasi yang kami hadapi mengerikan namun iman kami kuat, Alhamdulillah, meskipun kami tidak memiliki air yang memadai dan kalaulah ada, air itu sudah terpolusi dan kami tidak memiliki uang untuk membeli air mineral. Ketika kami memiliki uang maka orang yang menjualnya menyampaikan bahwa terlalu bahaya untuk mereka berjalan keluar dan mendapatkan supply. Kami tidak memiliki gas dan ini sudah berlangsung sejak empat bulan terakhir. Kami hanya bisa memasak sedikit makanan di atas tungku-tungku yang sudah kami siapkan.



Para keluarga laki laki kami telah kehilangan pekerjaannya. mereka menghabiskan keseharian mereka di rumah. Suamiku pergi seharian dari satu tempat ke tempat lain hanya demi mendapatkan (kebutuhan) dasar air. Biasanya dia kembali ke rumah dengan tangan hampa. Tidak ada sekolah, tidak ada bank, dan Rumah sakitpun jarang yang buka. Kami selalu sadar bahwa nyawa kami terancam setiap kali kami keluar rumah.



Mereka (zionis) memberikan jam malam antara pukul 1 hingga 4 sore. Kami bisa keluar dalam keadaan aman untuk mendapatkan supplai, kata mereka. Tapi itu semua bohong! Seringnya jutsru mereka menggunakan kesempatan itu untuk menambah jumlah syuhada dalam daftar mereka.



Kami makan sehari nasi dan sehari roti. Daging dan susu adalah kemewahan. Mereka menggunakan senjata perang kimia di area perbatasan. Mereka menggunakan bahan kimia di daerah-daerah perbatasan. Mereka tidak hanya membunuh kami dengan peluru dan tank-tank dan pesawat-pesawat B52, tetapi juga mereka membunuh kami secara perlahan dengan membuat anak-anak kami kelaparan, yang menyebabkan munculnya penyakit yang sulit digambarkan yang disebabkan bahan kimia itu dan mereka tertawa atas penderitaan kami yang berkepanjangan dan tak tertahankan ini.



Setelah semua ini, kami diberitahu bahwa orang-orang di seluruh dunia berdemo. MashaAllah! Fakta bahwa kalian pergi ke kedutaan-kedutaan dan meninggalkan rumah-rumah kalian membuat kami merasa bahwa kami tidak sendiri dalam perjuangan ini.



Tetapi kalian bisa pulang ke rumah dan mengunci rumah kalian. Sedang kami.... Kami tidak bisa melakukan itu. Tiap malam aku harus meninggalkan rumahku yang berada di lantai-lantai dan tinggal bersama saudara perempuanku di lantai dasar. Jika ada serangan maka lebih cepat bagi kami untuk meninggalkan (gedung) dari lantai dasar.





Tetapi umat bertanya-tanya di manakah tentara kaum Muslim? Di manakah kemenangan? Dan di manakah pemimpin sejati kita yang akan menyelamatkan kita dari kematian? Di manakah tentara Shalahudin al-Ayubi? Jangan berharap pada PBB, mereka mengakui Israel sebagai sebuah Negara pada tahun 1949 dan mengunci nasib kami menjadi seperti pada hari ini. Jangan menoleh ke Amerika atau Inggris, bukankah mereka yang menyerbu ummat Islam di Irak dan Afghanistan? Panggilah para tentara di Mesir, Syria, Turki, Arab Saudi, dan Pakistan. Dimanakah tentara Bangladesh, Negara-negara Teluk, Indonesia dan Libya? Apakah mereka cukup hanya menonton para wanita menjerit meminta pertolongan ketika musuh mengubur anak-anak kecil kami? Apakah kuping mereka tuli hingga tidak bisa mendengar jeritan saudaranya laki-laki dan perempuan? Bukankah kami memiliki hak untuk makan dan minum dengan selamat dan aman. Bukankah kami juga punya hak untuk tertawa dan hidup dengan memiliki harapan?



Ya.... Kami lelah, ketika kami mendengar roket dan bom serta melihat pesawat-pesawat yang terbang mendekati gedung, aku menjerit bersama anak laki-lakiku yang masih muda dan suamiku merasa tidak mampu melakukan apa-apa.



Saudara muslim laki-laki akan tahu seperti apa rasanya ketika merasa putus asa untuk bisa melindungi kehormatan dan kehidupan keluarga Anda. Ada sesuatu yang membunuh dia dari dalam. Kami sering bertanya-tanya kapan mereka akan menjual tanah kami dengan harga murah, apakah serangan ini akan merenggut nyawa seribu atau dua ribu orang. Kami masih menunggu dan melihat. Orang-orang Israel sudah merencanakan di tempat mana mereka akan buat pemukiman baru di Gaza. Seperti inilah keadaan kami.



Dalam hal ini tidak ada yang bisa menyelamatkan kami selain Allah. Jangan lupakan kami karena hanya kalianlah yang kami miliki. Sadaqah baik kalian tidak sampai kepada kami dan ketika mereka membuka perbatasan hanya segelintir orang yang mendapatkan (sumbangan) itu yang tidak tahu harus berbuat apa karena akan beresiko bagi hidup kami hanya untuk membeli makanan. Mereka akan membunuh siapapun, siapapun apakah dia adalah anak umur lima tahun yang sedang membawa makanan untuk keluarganya. Kami ingin hidup dari keringat kaum laki-laki kami, bukan dari keringat orang lain karena kami sedang sekarat. .



Tetaplah berjuang di Jalan Allah dan berdoalah agar kemenangan itu segera datang inshaAllah..



Semoga Allah SWT membuat kami teguh dalam din ini, selama masa perjuangan ini dan selama masa kemudahan. Ya Allah, berilah kemenangan kepada kami segera dan segeralah tegakkan kembali Islam sebagai otoritas yang dengannya kami hidup, Ya Allah, kirimlah kepada kami anak-anak Salahudin, bala tentara Islam untuk menyelamatkan ummat Muhammad SAW dari penindasan di mana kita hidup. Ya Allah lindungilah anak-anak kami dan usirlah kaum zionis dari tanah kami. Ya Allah, hari ini saksikanlah pada hari ini kami telah meminta pertanggung jawaban para pemimpin kami, kami berdoa semoga Engkau segera mengembalikan kepada kami seorang pemimpin sejati, seorang Khalifah. Amin.



Wassalam,

Kata Mutiara - Khilafah Ajaran Aswaja

Khilafah Ajaran Aswaja
Definisi Aswaja (Ahlus Sunnah wal Jamaah), menurut Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, adalah golongan kaum muslimin yang berpegang dan mengikuti As-Sunnah (sehingga disebut ahlus sunnah) dan bersatu di atas kebenaran (al-haq), bersatu di bawah para imam [khalifah] dan tidak keluar dari jamaah mereka (sehingga disebut wal jamaah). (Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, Rumusan Praktis Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, Solo : Pustaka Istiqomah, 1992, hal. 16).

Definisi serupa disampaikan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani dalam kitabnya Al-Ghaniyah, bahwa disebut ahlus sunnah karena mengikuti apa yang ditetapkan Nabi SAW (maa sannahu rasulullah SAW). Dan disebut wal jamaah, karena mengikuti ijma' shahabat mengenai keabsahan kekhilafahan empat khalifah dari Khulafa` Rasyidin) (maa ittifaqa 'alaihi ashhabu rasulillah fi khilafah al-a`immah al-arba'ah al khulafa` ar-rasyidin). (Balukia Syakir, Ahlus Sunnah wal Jamaah, Bandung : Sinar Baru, 1992, hal. 31)

Dari pengertian Aswaja di atas, jelas sekali bahwa ajaran Khilafah dengan sendirinya sangat melekat dengan ajaran Aswaja. Sebab Khilafah sangat terkait dengan istilah wal jamaah. Jadi, jamaah di sini maksudnya adalah kaum muslimin yang hidup di bawah kepemimpinan khalifah dalam negara Khilafah. Khilafah merupakan prinsip dasar yang sama sekali tidak terpisahkan dengan Aswaja.

Kesatuan Aswaja dan Khilafah ini akan lebih dapat dipastikan lagi, jika kita menelaah kitab-kitab yang membahas aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Dalam kitab-kitab aqidah itu, semuanya menetapkan wajibnya Khilafah. Dalam kitab Al Fiqhul Akbar (Bandung : Pustaka, 1988), karya Imam Abu Hanifah (w. 150 H) dan Imam Syafi'i (w. 204 H), terdapat pasal yang menegaskan kewajiban mengangkat imam (khalifah) (pasal 61-62).

Dalam kitab Al-Farqu Baina Al-Firaq, karya Imam Abdul Qahir Al-Baghdadi (w. 429 H) menerangkan 15 prinsip Aswaja. Prinsip ke-12 adalah kewajiban adanya Khilafah (Imamah). Kata Abdul Qahir al-Baghdadi,"Inna al-imaamah fardhun 'ala al-ummah." (sesungguhnya Imamah [Khilafah] fardhu atas umat). (Lihat Imam Abdul Qahir Al-Baghdadi, Al-Farqu Baina Al-Firaq, Beirut : Darul Kutub Al-Ilmiah, 2005, hal. 270). Dalam kitab Al-Masa`il Al-Khamsuun fi Ushul Ad-Din hal. 70, karya Imam Fakhruddin Ar-Razi (w. 606 H) beliau mengatakan,"Mengangkat Imam [khalifah] adalah wajib atas umat Islam." Pernyataan serupa juga ditegaskan oleh Imam Ibnu Hazm (w. 456 H) dalam kitabnya 'Ilmu Al-Kalam 'Ala Mazhab Ahlis Sunnah wal Jamaah hal. 94 pada bab Mas`alah fi Al-Imamah.

Hal yang sama juga terdapat dalam kitab Al-Hushuun Al-Hamidiyah, karya Sayyid Husain Efendi, hal.189, beliau mengatakan,"Ketahuilah bahwa wajib atas kaum muslimin secara syara' untuk mengangkat seorang Khalifah..." (i'lam annahu yajibu 'ala al-muslimin syar'an nashb al-khalifah...).

Selain dalam kitab-kitab aqidah seperti dicontohkan di atas, dalam kitab-kitab tafsir, hadits, atau fiqih akan ditemukan kesimpulan serupa bahwa Khilafah memang kewajiban syar'i menurut paham Aswaja. Imam Al-Qurthubi dalam tafsir Al-Qurthubi (1/264) menyatakan,"Tidak ada perbedaan pendapat mengenai wajibnya yang demikian itu [Khilafah] di antara umat dan para imam, kecuali yang diriyawatkan dari Al-Asham, yang memang asham (tuli) dari syariah (laa khilaafa fi wujubi dzaalika baina al-ummah wa laa baina al-aimmah illa maa ruwiya 'an al-asham haitsu kaana 'an asy-syariah asham...). Imam Nawawi dalam Syarah Muslim (12/205) berkata,"Ulama sepakat bahwa wajib atas kaum muslimin mengangkat seorang khalifah." (ajma'uu 'alaa annahu yajibu 'ala al-muslimin nashbu khalifah). Imam Mawardi dalam Al-Ahkam As-Sulthoniyah hal. 5 berkata,"Mengadakan akad Imamah bagi orang yang melaksanakannya di tengah umat, adalah wajib menurut ijma'." (aqdul imamah liman yaquumu bihaa fi al-ummah waajibun bil ijma').

Jelaslah, bahwa Khilafah adalah memang ajaran asli dan murni Aswaja dalam berkehiduan bernegara dan bermasyarakat. Khilafah adalah wajib menurut Aswaja. Dengan demikian adalah sungguh aneh bin ajaib kalau ada individu atau kelompok yang mengklaim penganut Aswaja, tapi mengingkari atau bahkan mencemooh Khilafah. Pengingkaran penganut Aswaja terhadap Khilafah adalah batil, karena tindakan itu sesungguhnya adalah upaya memisahkan Aswaja dengan Khilafah. Ini jelas-jelas upaya keji dan jahat untuk merusak, menghancurkan, dan memalsukan ajaran Aswaja sejak prinsip dasarnya.

Demokrasi Bukan Ajaran Aswaja
Adapun sistem bernegara dan bermasyarakat sekarang, yaitu sistem demokrasi, sama sekali bukan ajaran Aswaja, melainkan konsep kafir penjajah yang sebenarnya haram diterapkan oleh umat Islam di seluruh dunia. Banyak ulama masa kini yang mengecam demokrasi dan memfatwakan haramnya menerapkan sistem demokrasi. Syaikh Abdul Qadim Zallum dalam kitab Ad-Dimuqrathiyah Nizham Kufrin (1990) menegaskan : "Demokrasi adalah sistem kufur, haram mengambilnya, menerapkannya, dan mempropagandakannya." (ad-dimuqrathiyah nizham kufrin yahrumu akhdzuha aw tathbiquhaa aw ad-da'watu ilaihaa). Demokrasi disebur sistem kufur, tiada lain karena menyerahkan hak menetapkan hukum pada manusia, padahal menetapkan hukum hanyalah hak Allah semata (QS Al-An`am : 57). Kecaman serupa terhadap demokrasi juga disampaikan oleh Syaikh Ali Belhaj dalam kitabnya Ad-Damghah Al-Qawwiyah li Nasfi Aqidah Ad-Dimuqrathiyah. Menurut Belhaj, umat Islam haram mengikuti demokrasi, karena termasuk perbuatan menyerupai orang kafir (tasyabbuh bil kuffar) (hal 18-19).

Karena itu, sesungguhnya telah jelas sekali bahwa demokrasi bukanlah konsep Aswaja. Demikian pula, segala sesuatu yang terkait dengan demokrasi itu, yakni paham sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan), yang menjadi ide dasar demokrasi. Juga bentuk pemerintahan yang lahir dari sistem demokrasi, yaitu sistem republik, baik republik parlementer maupun presidensial.

Semua konsep itu (demokrasi, sekularisme, republik) bukanlah konsep Aswaja, melainkan ajaran-ajaran asing yang kafir yang sudah berada di luar lingkaran Islam (laisa minal Islam). Semua konsep asing itu terwujud di Dunia Islam bukanlah terjadi secara damai dan atas kesadaran umat Islam itu sendiri, melainkan terjadi melalui paksaan, yaitu penjajahan yang kejam pada abad ke-19 dan ke-20. Terlebih lagi setelah Khilafah Islam di Turki hancur tahun 1924. Penjajahan itu selanjutnya membuat sistem pendidikan sekular yang akhirnya melahirkan manusia-manusia yang walau agamanya Islam (dan mungkin mengklaim berpaham Aswaja), tapi ideologinya sekular-liberal. Tidak kenal atau percaya lagi dengan Khilafah, tapi kenalnya demokrasi, sekularisme, dan sistem republik. Sungguh ironis dan menyedihkan.

Kita sebagai umat Islam, khususnya Aswaja, wajib kembali kepada ajaran yang benar dalam bernegara dan bermasyarakat, yaitu kembali pada Khilafah, bukan pada demokrasi. Kalau kita mengikuti demokrasi, berarti kita sudah terjerumus ke dalam dosa sebagaimana sabda Nabi SAW :

"Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan (hidup) umat sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga kalau mereka masuk ke lubang biawak, kamu akan mengikuti mereka juga. Para shahabat bertanya, "Apakah mereka orang Yahudi dan Nasrani?" Rasulullah SAW menjawab,"Lalu siapa lagi?" (HR Bukhari dan Muslim).

Fungsi Khilafah : Menegakkan Syariah
Khilafah bukan ditujukan untuk kekuasaan itu sendiri, melainkan ditujukan untuk menerapkan syariah Islam. Khilafah, menurut Taqiyuddin An-Nabhani (w. 1977), adalah kepemimpinan umum untuk seluruh kaum muslimin di dunia, untuk menegakkan hukum-hukum syariah Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia (ri'asatun 'aammatun lil muslimina jami'an fi ad-dunya li iqamati ahkam asy-syar`i al-islami wa haml ad-dakwah al-islamiyah ila al-alam). (Taqiyuddin An-Nabhani, Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah, Beirut : Darul Ummah, 2003, 2/14).

Jadi, Khilafah itu sendiri sebenarnya bukanlah tujuan, melainkan sekedar metode (thariqah) untuk menerapkan hukum-hukum syariah Islam dalam segala aspeknya di dalam negeri. Syariah Islam itulah yang nantinya akan menyelesaikan segala masalah manusia (mu'alajat li masyakil al-insan), khususnya masalah publik semisal masalah dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, sosial, dan sebagainya. Dan Khilafah berfungsi sebagai institusi pelaksana untuk syariah Islam ini. Inilah fungsi Khilafah dalam negeri, yakni menerapkan Syariah Islam khususnya dalam bidang-bidang yang tidak dapat tegak kecuali dengan adanya Khilafah.

Penutup
Khilafah adalah ajaran asli Aswaja, sedang demokrasi bukan ajaran Aswaja, melainkan ajaran kafir penjajah yang dipaksakan atas umat Islam. Upaya memisahkan Aswaja dengan Khilafah, adalah upaya yang nyata-nyata merusak, menghancurkan, dan memalsukan ajaran Aswaja sejak prinsip dasarnya.

Sudah saatnya umat Islam, khususnya yang berpaham Aswaja, untuk kembali kepada Khilafah dan membuang sistem demokrasi yang kufur. [ ]

Kata Mutiara - PACARAN VS TA'ARUF

PACARAN VS TA'ARUF
Sahabatku..., sebetulnya apa sih pacaran itu? Biasanya nih.., kalau ada cowok dan cewek saling suka, salah satunya nyatain dan yang lainnya terima, itu berarti sudah pacaran. Buat sebagian orang pacaran itu isinya jalan berdua, makan, nonton, curhat-curhatan. Pokoknya just for fun lah!

Sebagai umat Islam kita perlu lho mengkritisi apakah “praktek pacaran” ini, sesuai atau tidak dengan aturan-aturan dalam Islam.

Pertama, kalau lagi pacaran maunya berdua terus. Beberapa hari tidak ditelpon udah resah, seharian tidak di sms udah kangen. Begitu ketemu pengen memandang wajahnya terus. Apalagi kalau pakai acara mojok berdua, di tempat sepi mesra-mesraan. Waduh, hati-hati deh.
Rasulullah SAW bersabda, “ Tiada bersepi-sepian seorang lelaki dan perempuan, melainkan syetan merupakan orang ketiga diantara mereka.” Nah lo....

Kedua, kalau lagi pacaran rasanya seperti dimabuk cinta. Lupa yang lainnya. Dunia serasa milik berdua yang lainnya ngontrak. Hati-hati juga nih, nanti kita bisa lupa sama tujuan ALLAH menciptakan kita (manusia). FirmanNya, “ Dan tidak Kuciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepadaKu.” (QS 51:56)

Ketiga, di jaman serba permisif ini seks udah jadi bumbu penyedap dalam pacaran (Majalah Hai edisi 4-10 Maret 2002). Majalah Kosmopolitan juga mengadakan riset di lima universitas terbesar di Jakarta, dan ternyata dari yang mengaku pernah melakukan aktivitas seksual, sebanyak 67,1% pertama kali melakukan dengan pacarnya. Astaghfirullah.. :(

Memang banyak orang pacaran awalnya tidak menjurus ke sana. Tapi gara-gara sering berdua, ada kesempatan, dan diem-diem syetan udah ngerubung, yah terjadilah. Pertama pegang tangan, terus rangkul pundak, terus…..terus…..wah bisa kebablasan deh. Sahabatku, agama kita sangat melarang perbuatan semacam itu.

FirmanNya, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu pekerjaan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS 17:32)
Ternyata Al Quran udah melakukan tindakan preventif dengan melarang mendekatinya, bukan melarang melakukannya. Rasulullah SAW juga bersabda, “Seandainya kamu ditusuk dengan jarum besi, maka itu lebih baik bagimu daripada menyentuh perempuan yang tidak halal bagimu.” So.., pegang-pegangan tangan dengan non muhrim juga tidak diperbolehkan.

Keempat, ternyata pacaran bukan jaminan akan berlanjut ke jenjang perkawinan. Banyak orang di sekitar kita yang sudah bertahun-tahun pacaran ternyata kandas di tengah jalan. Pacaran pun tidak menjadikan kita tahu segalanya tentang si dia. Banyak yang sikapnya berubah setelah menikah.

Kalaulah kini kita tahu praktek pacaran tidak menjadi suatu jaminan bahkan banyak melanggar aturan ALLAH dan tidak mendapat ridhoNya, masihkah kita yang mengaku hambaNya, yang menginginkan surgaNya, yang takut akan nerakaNya, masih melakukannya?” Hmm..., tapi kalau bukan dengan pacaran, gimana caranya kita ketemu jodoh? Jaman sekarang kan kita tidak bisa gampang percaya sama orang, jadi perlu ada penjajagan”. Sahabatku.., Islam punya solusi yang mantap dan OK dalam memilih jodoh. Istilahnya ngetop dengan nama TA’ARUF, yang artinya perkenalan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam masalah taaruf.

Pertama, ta’aruf itu sebenarnya hanya untuk penjajagan sebelum menikah. Jadi kalau salah satu atau keduanya nggak merasa sreg bisa menyudahi ta’arufnya. Ini lebih baik daripada orang yang pacaran lalu putus. Biasanya orang yang pacaran hatinya sudah bertaut sehingga kalau tidak cocok sulit putus dan terasa menyakitkan. Tapi ta’aruf, yang Insya ALLAH niatnya untuk menikah Lillahi Ta’ala, kalau tidak cocok bertawakal saja, mungkin memang bukan jodoh. Tidak ada pihak yang dirugikan maupun merugikan.

Kedua, ta’aruf itu lebih fair. Masa penjajakan diisi dengan saling tukar informasi mengenai diri masing-masing baik kebaikan maupun keburukannya. Bahkan kalau kita tidurnya sering ngorok, misalnya, sebaiknya diberitahukan kepada calon kita agar tidak menimbukan kekecewaan di kemudian hari. Begitu pula dengan kekurangan-kekurangan lainnya, seperti mengidap penyakit tertentu, tidak bisa masak, atau yang lainnya. Informasi bukan cuma dari si calon langsung, tapi juga dari orang-orang yang mengenalnya (sahabat, guru ngaji, orang tua si calon). Jadi si calon tidak bisa ngaku-ngaku dirinya baik. Ini berbeda dengan orang pacaran yang biasanya semu dan penuh kepura-puraan. Yang perempuan akan dandan habis-habisan dan malu-malu (sampai makan pun jadi sedikit gara-gara takut dibilang rakus). Yang laki-laki biarpun lagi bokek tetap berlagak kaya traktir ini itu (padahal dapet duit dari minjem temen atau hasil ngerengek ke ortu tuh).

Ketiga, dengan ta’aruf kita bisa berusaha mengenal calon dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Hal ini bisa terjadi karena kedua belah pihak telah siap menikah dan siap membuka diri baik kelebihan maupun kekurangan. Ini kan penghematan waktu yang besar. Coba bandingkan dengan orang pacaran yang sudah lama pacarannya sering tetap merasa belum bisa mengenal pasangannya. Bukankah sia-sia belaka?

Keempat, melalui ta’aruf kita boleh mengajukan kriteria calon yang kita inginkan. Kalau ada hal-hal yang cocok Alhamdulillah tapi kalau ada yang kurang sreg bisa dipertimbangan dengan memakai hati dan pikiran yang sehat. Keputusan akhir pun tetap berdasarkan dialog dengan ALLAH melalui sholat istikharah. Berbeda dengan orang yang mabuk cinta dan pacaran. Kadang hal buruk pada pacarnya, misalnya pacarnya suka memukul, suka mabuk, tapi tetap bisa menerima padahal hati kecilnya tidak menyukainya. Tapi karena cinta (atau sebenarnya nafsu) terpaksa menerimanya.

Kelima, kalau memang ada kecocokan, biasanya jangka waktu ta’aruf ke khitbah (lamaran) dan ke akad nikah tidak terlalu lama.Ini bisa menghindarkan kita dari berbagai macam zina termasuk zina hati. Selain itu tidak ada perasaan “digantung” pada pihak perempuan. Karena semuanya sudah jelas tujuannya adalah untuk memenuhi sunah Rasulullah yaitu menikah.

Keenam, dalam ta’aruf tetap dijaga adab berhubungan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya ada pihak ketiga yang memperkenalkan. Jadi kemungkinan berkhalwat (berdua-duaan) kecil yang artinya kita terhindar dari zina.

Sahabatku, perlu digaris bawahi, ta'aruf hanyalah sebuah proses saling mengenal, belum ada ikatan untuk kelak pasti akan menikah, kecuali kalau sudah masuk proses yang namanya khitbah. Ta'aruf bukanlah sebuah kepastian, hanyalah salah satu ikhtiar manusia, sedangkan jodoh ada di tangan ALLAH. Sehebat-hebatnya sebuah rencana, tetap rencana ALLAH-lah yang lebih hebat. Oleh karenanya, ketika kita ta'aruf semestinya kita tidak perlu memendam kecenderungan kepada pasangan, yang nantinya akan membuat kita sakit hati jika ternyata proses taaruf yang sedang kita jalani tidak berjalan seperti yang kita harapkan. Tetap bersikap legawa, apapun yg terjadi dengan proses yang tengah kita hadapi. Karena, jodoh adalah kehendak ALLAH.

Sahabatku.., sekarang sudah jelas kan apa perbedaan pacaran dengan taaruf? Dalam islam tidak ada yang namanya pacaran, dan pacaran itu hukumnya HARAM, karena aktivitas pacaran sangat dekat dengan zina. Dan ternyata ta’aruf banyak kelebihannya dibanding dengan pacaran, dan Insya ALLAH diridhoi ALLAH.

Jadi.., kita mau mencari kebahagiaan dunia akhirat dan menggapai ridhoNya atau malah mau mencari kesulitan, dengan mencoba-coba melanggar perintahNYa dan mendapat murkaNya?. Sahabatku.., yuk kita benahi diri kita dan menjaganya dari hal-hal yang dapat mengotori hati,

Kata Mutiara - Kala Air Mata dan Hati Menyapa

♥♥ Kala Air Mata dan Hati Menyapa ♥♥

BismillahirRohmaanirRohiim ...
Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Pembaca BDMCS yang Di Rahmati ALLAH ....
Kala air mata menyapaku....Ia bertanya . . ." Wahai diri .....
berapa liter aku yg telah engkau keluarkan dengan percuma ?"

Aku menjawab, "tidak ada 1 L pun engkau aku keluarkan dengan percuma."
Ia pun bertanya lagi , "lalu, apakah engkau menangsi duniawi dan cinta penghalang surgawi itu bukan hal yg percuma ? Karena ku tau, aku sering engkau keluarkan hanya untuk hal itu. Sedangkan hanya beberapa liter aku engkau keluarkan, dan dengan menghitung jaripun dapat terhtung ketika engkau menangisi dosa2mu, engkau menyesal atas kelakuan nakalmu, engkau merasa kehilangan Dzat yang telah menciptakanku dan menyukupi hidupmu.

Sungguh !!! kenapa ini bisa terjadi wahai diri ? Apa yg harus aku jawab nanti ketika aku dimintai pertanggung jawaban atas keluarnya aku.. Wahai diri apakah, hatimu telah mengeras sehingga rasa sedihpun tak tergores dalam hatimu, yang berarti itu menyukarkan engkau menangis dan mengeluarkan aku utk menyesali karna engkau telah mendustai-Nya ? "
Astaghfirullah Al 'Adziim .....sungguh, aku telah mendustai-Mu ya ALLAH ...

Pembaca BDMCS yang Berbahgia ....
Hatipun berbicara padaku...." Wahai diri.... kini ijinkan aku berbicara padamu. ..
Wahai diri,...kenapa engkau membuat aku keras seperti batu. Kadang rasa ibamu terhadap saudaramu yang kekurangan, disertai riyamu ?

Wahai diri .....kenapa ketika engkau sedang bermunajat kepada-Nya,
engkau pergunakan aku merasakan hal yang lain, aku berkata tidak sesuai dengan bibirmu ?

Wahai diri .....kenapa aku engkau jadikan sebagai penyimpan rasa untuk orang-orang yg belum halal untukmu, jika aku hitung besarnya rasa cintamu kepada kedua orang tuamu sangatlah kecil dibandingkan rasa cintamu kepada orang yang belum halal untukmu. Engkau membiarkan aku jatuh dan engkau pula yang membiarkan aku patah. Engkau membiarkan aku kasmaran, yang karenanya, rasa cinta yg ada untuk Dzat yang Maha Sempurna dan untuk orang tuamu sangat kecil kualitasnya. Ketika aku patah, engkau menyalahkan cinta.

Tapi taukah wahai diri ...cintapun tak ingn selalu engkau salahkan,
cinta yang tidak halal ada karena ulahmu,
wahai diri.....Sadarlah wahai diri ....
kasihanilah dirimu dan kami, kami yang harus bekerja tidak sesuai dengan perintah-Nya. " Astaghfirullah Al 'Adziim ...


Ya Allah inilah pengakuan mereka ....
mereka yang selalu aku tipu dengan mudahnya....
Mereka menyadarkan aku ya Allah.....Betapa aku telah khilaf ....


Tidak satu atau dua detik ...
Tidak satu atau dua menit....
Berhari-hari aku khilaf....
berminggu-minggu aku salah...
Berbulan-bulan aku hina....
dan kini mungkin, Bertahun-tahun aku nista....

Ya Rabb...
benar kata air mataku,...
dalam bermunajatku pada-Mu...
Ia sukar keluar karena kerasnya hatiku...
tangisku,banyak terjadi karena jahatnya duniawi....
tangisku,banyak terjadi karena hilangnya cinta penghalang surgawi....

Ya Rabb,...
Pintaku dalam do'a beribu-ribu pada-Mu...
Tapi ikhtiarku hanya satu...

Ya Rabb,...
Ketika lapang aku bersyukur...
tapi sempit aku kufur...
Lapang aku kufur...
tapi sempit aku bersyukur...
lapang aku lupa....
dan sempitpun aku masih berbuat dosa...

Ya Rabb,....
bibir ini sulit untuk dzikir....
tapi lagu ku lantunkan hingga akhir....

Ya Rabb,....
berhala kini ada....
ku buat dengan sengaja....
yang setiap hari aku puja....
hingga izzahku menjadi hina....
teriakku ketika melihat mereka....
membuat bisingnya telinga....
tapi Engkau ku lupa ....

ya Rabb,...
ukhuwah kini telah pudar....
terkikis oleh zaman yang slalu bertengkar....
dimana surga bagian tengah-Mu ku lupakan....
karena setiap perdebatan slalu ku ramaikan.....
saudara" seimanku,...ku caci hingga hatinya mati dan tumbuhlah benci....

ya Rabb,....
keadaanku kini bertebaran dimana-mana....
hingga ajnabi tahu tapi aku tak malu .....
ia menyapa, aku jawab dg senyum manis nan mungkin manja....

Ya Rabb,....
kematian mengintaiku....
bukan karena ia mencintaiku....
bukan pula karena ia iba padaku....
tapi karena ia terdekat denganku....
tapi kenapa, aku slalu lupa akan hal itu ?

ya Rabb,
lidahku tak ingin berdusta
saat ini ku jujur dengan penuh dosa,

ya Rabb,...
Ampuni aku..
Aku yang kotor penuh lumpur....
Aku yang hina tapi sombong tiada kentara....
Aku yang dusta dengan kata-kata ....
Ampuni aku Ya Rabb......
Pintaku saat ini pada-Mu ya Allah..

Biar tangisku hanya untuk bermunajat pada-Mu...
Biar cintaku hanya milik-Mu...
Biar ikhtiar dan doa menjadi satu....
Biarkan ketika lapang dan sempit aku ingat pada-Mu....
Biarkan yang kupuja hanya Engkau....
Biarkan Ukhuwah jadi sandaran indah penuh berkah....
Biar keadaan ku tutup menjadi Izzah malu....
Biar kematian slalu kusadari tiap waktu....
dan jangan biarkan ajnabi mengaggu pendirianku..

" Semoga Artkel singkat ini memberikan manfaat untuk kita semua "
Sekian ... Wassalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh ....

Kata Mutiara - Seandainya Aku Mati

SEANDAINYA AKU MATI

Seandainya aku mati ...........
Segerakan mandikan jasadku
Sholatkan di Mesjid tempatku biasa mengaji
Segerakan secepatnya Penguburanku
Tak perlu menunggu lama
Tak usah semua ada
Aku ingin segera beristirahat


Seandainya aku mati .............
Tak mau ada keramaian
Kecuali yang mendoakan ku
Biarkan aku beristirahat dengan tenang



Seandainya aku mati ..............
Urusanku dengan dunia telah putus ,
kecuali tiga perkara
AMAL JARIAH , ILMU YANG BERGUNA dan DOA ANAK KU YANG SHOLEH /SHOLEHA



Seandainya aku mati ............
Segerakan dengan sederhana
Jangan ada perayaan
Tak perlu ada pembacaan sejarah kehidupan
Tak mau ada pidato
Jangan ada tangis tangisan
Jika ada yang cinta
Istirahatkan saja aku dengan tenang



Seandainya aku mati ................
Kuburkan aku di pemakaman yang mana saja
Tak perlu ada tabur bunga
Jangan ada karangan bunga
Aku tak suka bunga
Tak usah nisankan pula
Tak mau namaku tertera di sana
Urusanku dengan nama telah usai



Seandainya aku mati ..........
Lupakan dan jangan kenang-kenang aku pula
Istirahatkan saja sesegera
Biar aku tenang



Seandainya aku mati.......
Jangan ada gundukan di makamku
Ratakan saja
Agar mudah buat yang menyayangiku
Untuk segera lupakan aku



Seandainya aku mati ........
Tolong…
kumohon
Tolong saja
Aku hanya ingin beristirahat dengan tenang
Seperti yang kuinginkan


Seandainya aku mati..........
Seandainya.....

Kata Mutiara - Madah Cinta


Kali ini ada Madah yang membuat pikiran serta hati saya terbuka catatan seorang sahabat muslimah telah silam yang terpendam dalam diamnya yang ia curahkan lewat diary pena Cinta dunia maya sementara dirinya saat ini tergeletak tak berdaya mohon doa sahabat semua akan kesembuhannya agar bisa berbagi cinta melalui pena . dialah sahabatku pendiri ღ Madah Cinta ღ

Kata Mutiara - Isra Mi'raj (Rajaban)

¨ بسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم *
السلام عليكم ورحمة الله وبركته

*•*¨*•♫♥♥♥♥♥♫•*¨*• *

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “. (QS. : 17 : 1).

Peringatan Isra' Mi'raj Nabi Besar Muhammad Saw (Rajaban) senantiasa berhubungan dengan kehadiran Tuhan, dan intelegensi kosmik, yang juga bersinar di dalam diri manusia yang melakukan peringatan atau Rajaban di bulan itu, dan merupakan sarana pula untuk menyadari keberadaan yang Maha Esa.

Datangnya wahyu secara tiba-tiba seperti kilat, yang berisikan perintah Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, agar menjalankan Isra' dan Mi'raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dapat disamakan dengan “jatuhnya batu di sebuah kolam air yang menimbulkan riak-riak untuk bergerak keluar seperti lingkaran konsentris dari pusat “.

Al-Qur'an dengan struktur puitisnya, yang berdasarkan irama yang tegas dan pola nada yang sangat halus. Mengundang reaksi dalam jiwa masyarakat Islam, dan menjadikan Peringatan Isra' Mi'raj Nabi Besar Muhammad Saw (Rajaban), sebagai suatu budaya yang sangat penting dalam Agama Islam, karena ia (Isra' Mi'raj) merupakan induk dari berbagai budaya Islam lainnya.

Peringatan Isra' Mi'raj Nabi Besar Muhammad Saw ini (Rajaban) merefleksikan gema kitab Suci dalam pikiran setiap orang muslim yang memperingati atau mengerjakan berbagai ibadah-ibadah suci lainnya seperti puasa, dzikrullah (Istigfar Rajab), dan lain sebagainya di bulan suci itu. Dan pada gilirannya gema tersebut akan membuat kenangan dalam pikiran dan jiwa orang - orang yang melakukannya dengan hati yang ikhlash karena Allah Ta'ala semata. “Karena keikhlasan inilah yang akan mengembalikan mereka pada keadaan dengan kegembiraan dan keindahan surgawi”. Di sinilah pengaruh kimiawi atas jiwa seseorang dalam menjalankan puasa dan memperbanyak dzikrullah (Istigfar Rajab) di bulan itu akan mempengaruhi jiwanya, terhadap adanya kebenaran.

Berdasarkan seluruh kehidupan yang mencerminkan kebudayaan Islam tradisional, semua bentuk-bentuk ibadah didalamnya akan saling berhubungan melalui prinsip-prinsip tradisional, yang meresapkan nilai kesucian, seperti halnya prinsip-prinsip spiritual yang mendominasi seluruh aspek kehidupan manusia tradisional dalam semua bentuknya.

Nabi Muhammad Saw saat melakukan Mi'raj (pendakian) ketingkat perjalanan akhirnya (langit ke tujuh), menuju hadirat Tuhan, ia diselimuti oleh “Raf-raf” (kain hijau) yang turun dari atas dengan cahayanya yang sangat menyilaukan pandangan matanya. Cahaya itu lebih kuat dari cahaya (sinar) matahari. Setelah raf-raf (kain hijau) membungkus dirinya, Ia (Nabi Muhammad Saw) terangkat keatas dan melintasi tabir demi tabir, yang akhirnya ia (Muhammad Saw) telah melintasi tujuh puluh tabir, yang mana jarak antara tabir ke tabir lainnya adalah lima ratus tahun perjalanan. Dan sampailah ia pada singgasana Tuhan Yang Esa (Al-Arsy).

Cahaya yang menyinari raf-raf (kain hijau) senantiasa berhubungan dengan kehadiran Tuhan dan mencerminkan Ke Maha Kasih-Nya atas diri manusia yang paling sempurna dimuka bumi (Muhammad). Al-Qur'an telah menyebutkan: “Cahaya diantara cahaya. Allah membimbing siapa yang Dia kehendaki menuju cahaya” (Q.S.24 : 35).

Tujuh puluh tabir yang dilintasi (dilewati) oleh Nabi Saw, terletak diatas A'raaf (tempat yang paling tinggi diantara surga dan neraka) dan sebagian pembatasnya (surga dan neraka). Pada setiap satu tabir terdapat pintu gerbang yang terbuat dari cahaya. ”Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus (Misykat), yang didalamnya ada pelita besar”. (Q.S. 24 : 35).

Selain memudahkan pelaksanaan ibadah puasa dan dzikrullah (Istigfar Rajab), Islam juga mengungkapkan watak teomorfis manusia yang lebih baik daripada menyembunyikannya. Seseorang yang menikmati puasa dan dzikrullah (Istigfar Rajab) di bulan itu (Rajab), atau yang mampu menjalankannya dengan baik dan benar, maka secara potensial ia akan tetap hidup di surga yang ia ciptakan melalui keanggunan batin Al-Qur'an - Al-Kariim.

Sedangkan bagi mereka yang tidak memahami, dan tidak mampu menjalaninya. Maka mereka seperti telah jatuh keluar dari surga itu, karena mereka mengalami kejatuhan spiritual yang menjadi alasan utama desakkan mereka untuk tidak menjalaninya, walau sebenarnya mereka memiliki kemampuan untuk itu. Hal ini menunjukkan kegagalan mereka dalam mencapai tujuan yang suci lagi mulia.

“ Suatu kegagalan dalam mencapai tujuan di luar tradisi spiritual universal mereka terhadap keadaan obyektif dunia, sebuah interpretasi yang sama sekali tidak eksis dalam subyektivisme individual, dan kolektif yang mengalihkan kejatuhan jiwa menjadi keadaan yang dibutuhkan oleh eksistensi manusia dalam dunia kontemporer “.

Masyarakat Islam mampu melaksanakan dan mempertahankan budayanya yang bersifat spiritual sekaligus sensual, menyingkap selubung yang menutupi keindahan dunia ini beserta sifat fananya, dan menjelma dalam bentuk tatanan ibadah dan hari peringatan yang suci dan mensucikan pada alam transenden yang indah melalui teofani Tuhan.

Peringatan Isra' Mi'raj Nabi Besar Muhammad Saw (Rajaban) merupakan warisan Muhammad Saw yang tetap di anggap sebagai realitas yang masih hidup dan tetap menyala laksana kutub - kutub spiritual dan norma - norma teladan. Peringatan Isra' Mi'raj Nabi Besar Muhammad Saw (Rajaban) tetap menjadi perhatian para pencari kebenaran dalam masyarakat Islam, dan jiwa para pelaku yang menjalankan ibadah puasa dan memperbanyak dzikrullah (Istigfar Rajab) di bulan Rajab itu, akan menjadi nilai universal bagi seluruh dunia Islam pada saat kebodohan mengancam untuk mencekik berbagai bentuk ibadah serta spiritualnya.

Oleh karena itu kewajiban masyarakat Islam adalah mengetahui dan memahami hakikat dari peringatan Isra dan Mi'raj Rasulullah Saw ini, dan bukan dianggap hanya sekadar hiburan semata, akan tetapi pahami pula prinsip-prinsip yang mendasarinya agar mendapatkan manfaat dan peningkatan yang membuatnya menjadi mungkin untuk mengenali lebih dekat dan menembus lebih dalam ke substansi ilahi dan kemudian memberitahukannya kepada yang lain.

Mengenai mereka yang tidak memahami makna dari peringatan Isra Mi'raj Nabi Besar Muhammad Saw ini (Rajaban), serta ketidaktahuan mereka atas prinsip-prinsip yang menyelimutinya. Maka merupakan tugas suci lagi mulia untuk tidak menyembunyikan ketidaktahuan mereka dengan sebuah kebanggaan untuk menghancurkan segala sesuatu yang tidak diketahuinya.

“ Kejujuran yang kini dibicarakan setiap orang, menuntut agar seseorang tidak merusak karena kebutaannya terhadap realitas tradisi Islam, ataupun karena kreasi artistik yang telah kehilangan dirinya sendiri “.

Kekuatan kreatif dan kegembiraan seseorang yang melakukan Peringatan Isra Mi'raj Nabi Besar Muhammad Saw (Rajaban), jauh dari adanya pencekikan, maka ia akan terbebas dari belenggu dan keterbatasan subyektif dirinya sendiri, dan ia pun akan memperoleh suatu universalitas dan kekuatan yang luar biasa. Orang seperti inilah yang tidak akan pernah menghilangkan makna spiritual dari budaya Islam yang umumnya disebabkan oleh kekeliruan interpretasi mengenai lingkungan tertentu yang membatasi Islam hanya pada aspek luarnya saja dan mengabaikan jurang yang memisahkan keindahan dan kemudharatan.

“Seorang muslim sejati akan dengan rendah hati menyadari keagungan tradisi yang dapat memberi arah dan orientasi kepadanya melalui penyerahan diri, pemusatan dan peleburan batin sepenuhnya “.

Maka dalam penyerahan diri dan bakatnya kepada tradisi ini, ibadah dan dzikrullah (Istigfar Rajab) yang dihasilkannya akan menjadi suci dan bersih dari taqlid buta. Melalui Peringatan Isra Mi'raj Nabi Besar Muhammad Saw (Rajaban) itu akan terbentuklah kembali keselarasan fundamental yang memungkinkan manusia untuk kembali pada keberadaan dan kesadarannya yang lebih tinggi. Sedangkan doktrin tentang keselarasan dalam makrokosmos akan terwujud pada taraf realitas yang lebih tinggi dan menjadi suram serta semakin samar dalam tingkat kosmos yang semakin rendah. Walaupun keselarasan (tanasub) itu sendiri merupakan bagian dari surgawi, bagian dari kosmik dan hirarki universal serta sekaligus menjadi sumber pencerahan.

Berbagai definisi dalam kebudayaan Islam bahwa Peringatan Isra Mi'raj (Rajaban) berkaitan erat dengan hukum yang mengatur gerak pemikiran manusia dalam perjalanannya menuju sumber spiritualitas sejati dengan beragam landasan epistemologis untuk mencapai kepastian yang logis dan mungkin saja terdapat perbedaan hasil dari masing-masing perjalanan yang dilaluinya itu melalui kemurnian dari tatanan suatu ibadah yang suci dan mensucikan.

Sementara hubungan antara Peringatan Isra Mi'raj (Rajaban) dan ibadah-ibadah suci yang dilakukan di bulan itu adalah merupakan suatu jembatan spiritualisme Islam yang justru dapat ditemukan dari hubungan metafisik yang mengikat keduanya. Karena spiritual dan ibadah tak pelak lagi selalu dikaitkan dengan “logos” dan menurut sudut pandang tradisional merupakan proses yang diikuti oleh pikiran dalam pencariannya (thallab) akan kebenaran.

Proses ini dimungkinkan oleh kekuatan logis pikiran yang merupakan perluasan dari prinsip intelektual, yang tiada lain adalah refleksi dari intelek Tuhan atau logos dalam bentuk pikiran. Prinsip yang sama ini merupakan sebab ontologis realitas kosmik, oleh karenanya ada hubungan (persesuaian) antara proses mental manusia dalam menjalani puasa di bulan Rajab dengan realitas eksternal, dan adanya kemungkinan bagi kecakapan logis pikiran untuk mencari kebenaran yang sesuai dengan realitas eksternal.

Prinsip ini pula-lah yang memberi makna pada substansi ibadah puasa di bulan Rajab itu. Oleh karena itu, menurut doktrin tradisional, puasa dan spiritual mempunyai sumber yang sama, yaitu intelek, dan saling melengkapi, jauh dari adanya pertentangan. Maka Peringatan Isra Mi'raj akan menjadi pertentangan dengan spiritual hanya apabila respek terhadap logika yang telah diubah menjadi rasionalisme, karena sesungguhnya Peringatan Isra Mi'raj dan ibadah-ibadah yang dilakukan di bulan itu merupakan “sarana untuk mengekspresikan pengetahuan yang benar-benar intelektual yang direduksi menjadi transformasi dalam jiwa manusia dengan ditemukannya kembali hubungan primordial manusia dengan prinsip spiritual dan intelektual segala sesuatu”.

Kata Mutiara - Lidah

Lidah adlh cipta'an allah yg mempunyai peranan pnting dlm kehidupan manusia.ia bersifat halus lagi penuh misteri.kecil bentuknya tpi amat besar pengaruhnya.baik pengaruh positif maupun negatif,ia termasuk menjadi saksi utama atas keimanan seorang,karena iman dan kufur tidak bs dketahui,kcuali persaksian lidah.-lidah juga dpt mengangkt dan menghancurkan kehormatan seseorang di hdapan manusia maupun allah.DARI LIDAH ORANG BISA DI SENANGI,DARI LIDAH JUGA ORNG BISA DI MUSUHI

Kata Mutiara - Maimunah binti Harits, Istri Terakhir Rasulullah

Maimunah binti Harits, Istri Terakhir Rasulullah

Nama lengkapnya adalah Barrah binti Al-Harits bin Hazm bin Bujair bin Hazm bin Rabiah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Sha’shaah. Ibunya bernama Hindun binti Aus bin Zubai bin Harits bin Hamatsah bin Jarsy.

Dalam keluarganya, Maimunah termasuk dalam tiga bersaudara yang memeluk Islam. Ibnu Abbas meriwayatkan dari Rasulullah SAW, “Al-Mu’minah adalah tiga bersaudara, yaitu Maimunah, Ummu Fadhal, dan Asma’.”

Maimunah dilahirkan enam tahun sebelum masa kenabian, sehingga dia mengetahui saat-saat orang-orang hijrah ke Madinah. Dia banyak terpengaruh oleh peristiwa hijrah tersebut, dan juga banyak dipengaruhi kakak perempuannya, Ummu Fadhal, yang telah lebih dahulu memeluk Islam. Namun dia menyembunyikan keislamannya karena merasa bahwa lingkungannya tidak mendukung.

Tentang suaminya, banyak riwayat yang memperselisihkan, namun ada juga kesepakatan mereka tentang asal-usul suaminya yang berasal dan keluarga Abdul Uzza (Abu Lahab). Sebagian besar riwayat mengatakan nama suaminya adalah Abu Rahm bin Abdul-Uzza, seorang musyrik yang mati dalam keadaan syirik. Suaminya meninggalkan Maimunah sebagai janda pada usia 26 tahun.

Setelah suaminya meninggal, dengan leluasa Maimunah dapat menyatakan keimanan dan kecintaannya kepada Rasulullah. Sehingga dengan suka rela dia menyerahkan dirinya kepada Rasulullah untuk dinikahi. Dia adalah perempuan terakhir yang dinikahi Nabi SAW. Dan itu dilakukan pada tahun ketujuh Hijriyah dengan mahar 500 dirham.

Tentang penyerahan Maimunah kepada Nabi SAW ini telah dinyatakan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman: "Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri- istrimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang istri-istri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al-Ahzab: 50)

Maimunah tinggal bersama saudara perempuannya, Ummul Fadhal, istri Abbas bin Abdul Muththalib. Suatu ketika, kepada kakaknya, Maimunah menyatakan niat penyerahan dirinya kepada Rasulullah. Ummul Fadhal menyampaikan berita itu kepada suaminya sehingga Abbas pun mengabarkannya kepada Rasulullah.

Rasulullah mengutus seseorang kepada Abbas untuk meminang Maimunah. Betapa gembiranya perasaan Maimunah setelah mengetahui kesediaan Rasulullah menikahi dirinya.

Pada tahun berikutnya, setelah perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah bersama kaum Muslimin memasuki Makkah untuk melaksanakan ibadah umrah. Sesuai dengan isi perjanjian Hudaibiyah, Nabi diizinkan untuk menetap di sana selama tiga hari.

Namun orang-orang Quraisy menolak permintaan Nabi dan kaum Muslimin untuk berdiam di sana lebih dari tiga hari. Kesempatan itu digunakan Rasulullah SAW untuk melangsungkan pernikahan dengan Maimunah. Setelah pernikahan itu, beliau dan kaum Muslimin meninggalkan Makkah.

Maimunah mulai memasuki kehidupan rumah tangga Rasulullah dan beliau menempatkannya di kamar tersendiri. Maimunah memperlakukan istri-istri beliau yang lain dengan baik dan penuh hormat dengan tujuan mendapatkan kerelaan hati beliau semata.

Tentang Maimunah, Aisyah pernah berkata. “Demi Allah, Maimunah adalah wanita yang baik kepada kami dan selalu menjaga silaturrahmi di antara kami.”

Dia dikenal dengan kezuhudannya, ketakwaannya, dan sikapnya yang selalu ingin mendekatkan diri kepada Allah. Ia juga diriwayatkan memiliki ilmu pengetahuan yang luas.

Pada masa pemerintahan Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan, bertepatan dengan perjalanan kembali dari haji—di suatu tempat dekat Saraf—Maimunah merasa ajalnya sudah tiba. Ketika itu dia berusia 80 tahun, bertepatan dengan tahun ke-61 Hijriyah. Dia dimakamkan di tempat itu juga sebagaimana wasiat yang dia sampaikan.

Maimunah meriwayatkan sekitar 76 hadits dari Nabi SAW. Beberapa hadits yang diriwayatkannya telah ditakhrij dalam kitab hadits Bukhari-Muslim sekitar 13 hadits; 7 hadits sama-sama disepakati oleh kedua imam (muttafaq ‘alaih), satu hadits lainnya ditulis oleh Bukhari, dan 5 hadits lainnya ditulis oleh Muslim.

Kata Mutiara

Seandainya waktu dapat di arahkan
aku ingin kau kembali
menemani hati perih
yang selalu menunggu kedatanganmu
bulan kini tiada mempunyai bintang
sama halnya dengan ku
tak pernah ku sangka secepat
itukah kau pergi
sobat temani aku dalam mimpi
agar tiada lagi kesediaan di hati
walau itu tak kan mungkin
tapi kukan selalu berharap
==========================
=
Aku tak tau kenapa pagi tak muncul
kenapa mentari slalu menutupi sinarnya
shabat kau pergi dengan kebahagiaan mu
tingalkan luka seutuhnya untuku
kau adalah cahaya hidupku jangan kau pergi
tinggalkan semua kenangan ini
dariku…. dan hanyalah waktu yang kan menjawab semua ini untuku…!!

Kata Mutiara - Jihad Cinta

~**~ JIHAD CINTA ~**~

CINTA ..
Andai saja Engkau bisa merasakan getaran hatiku,
Kau akan tahu betapa aku sangat merindui-MU ..
Andai saja kau bisa menadah air mataku,
Kau akan tahu betapa aku takut kehilangan-MU ..
Andai saja Engkau JAUH dari diriku,
Kau akan lihat betapa kosongnya hidupku ..
Andai saja kau HILANG dariku ..
Berjuta nyawa pun tak mampu menghidupkan jiwaku!

Cinta ..
Jatuhnya aku pada kekuatan cinta tanpa melihat-MU ..
Butanya aku pada dugaan yang menguji kasihku ..
Biar nyawa jadi taruhan asalkan cinta ini dipertahankan ..
Biar harta dan jasad tewas ..
Karena cinta ini yang ku damba!

Cinta ..
Menyebut nama-MU takkan pernah jemu ..
Mengingati-MU takkan pernah lupa ..
Memuji-MU takkan pernah rapuh ..
Janji-MU selalu teguh ..
Cinta sehidup dan setelah mati ..
Cinta yang selalu bahagia walau derita ..
Aku menyintai sesuatu karena cinta itu!
Aku hidup karena cinta itu!
AKu mati karena cinta itu!

Cukup bagiku cinta-MU ..
Itulah pelindung yang memeliharaku ..
Itulah ketenangan yang mententeramkan aku ..
Itulah kebahagiaan yang menyinariku ..

Engkau yang selalu ada ..
Engkau yang selalu bersama ..
Terakhir suka dan duka ..
Aku cinta pada-MU ..
Aku cinta pada takdir-MU ..
Aku cinta pada jalan-MU ..

Atas nama cinta ..
"Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad itu utusan Allah .."
Atas nafas cinta ...
Subhanallah ..
Alhamdulillah ..
Allahu Akhbar ..
Jihad cinta buat-MU ya Rabb ...
Pelihara nadiku untuk selalu mengingat ..
Pelihara hatiku untuk selalu beriman padaMu ..


Pilihanku ..
Bukannya pada paras rupa yang menawan hati ..
Karena cintaku bukan pada pandangan semata ..
Takut jika diwarnai kegelapan ..
Kita buta hilang arah ..

Pilihanku ..
Bukannya pada manis tutur kata bermadah ..
Karena cintaku bukan pada janji yang merajalela ..
Andainya suara dikaburi fitnah,
Kita rebah tiada bermaya ..

Pilihanku ..
Bukan pada banyaknya harta dunia,
Karena cintaku bukannya ternilai dengan harga ..
Bimbang kemewahan membawa leka ..
Menghilangkan cinta kita padaNya ..
Lalu dimanakah bahagia?


Pilihanku itu ..
seorang yang buta ..
Buta menilai paras rupa ..
Sesungguhnya syahadahnya menggegar seluruh jiwaku ..
Keikhlasannya melakar cinta yang diredha ..
Tongkatnya pada akidah yang menyinari sandi bahagia

Pilihanku itu ...
Seorang yang bisu ..
Bisu mengungkapkan janji yang tiada pasti ..
Karena harapan patokan-patokan pada Illahi ..
Pendiriannya menusuk nurani udara ..
Bait-bait kesyukurannya lahir pada sujud seorang hamba

Pilihanku itu ..
Seorang yang papa dan hina ...
Papa dengan diri yang mengubur
Hina karena sederhana ..
Iman membujuk jiwanya ..
Cintanya pada agama mengikat tali ukhwah ..
Lalu disimpul teguh pada tiang pernikahan ..

Pilihan kami ..
Pada agama yang memelihara
Pada Syahadah yang mengiringi
Pada Alquran yang membimbing ..

Biar ..
Cinta kami pada maha Menyintai ..
Karena janji yang pasti
Cinta kami pada kekasih Illahi
karena menunjukkan jalan bahagia yang hakiki
Kasih istri pada cinta yang diberi ..
Biarlah sampai ke akhirat nanti ...
karena yang sebenarnya ku inginkan padanya ..
Bukan cuma kekasih duniawi ..
Tapi teman menuju syurgawi ..


Banyak yang mencari cinta tetapi tertipu olehnya,
banyak yang kecewa karena cinta dan putus asa pada rahmat-Nya,
banyak yang membenci cinta dan membenci nyawanya.

Jihad cinta buat-Mu ya Rabb. Pelihara nadiku untuk selalu mengingat-Mu. Pelihara hatiku untuk selalu beriman pada-Mu.

Kata Mutiara - ISTIMEWANYA HARI JUM’AT

ISTIMEWANYA HARI JUM’AT

Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wata’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah... hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:

Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah mengkhususkan umat Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam dan mengistimewakan mereka dari umat-umat yang lainnya dengan berbagai keistimewaan. Diantaranya adalah Allah subhanahu wata’ala memilihkan bagi mereka hari yang agung yaitu hari jum’at.

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah dan Hudzaifah radhiallahu anhum berkata: Allah subhanahu wata’ala telah merahasiakan hari jum’at terhadap umat sebelum kita, maka orang-orang Yahudi memiliki hari sabtu, orang-orang Nashrani hari ahad, maka Allah subhanahu wata’ala mendatangkan umat ini, lalu Dia menunjukan kita hari jum’at ini, maka Dia menjadikan urutannya menjadi jum’at, sabtu ahad, demikian pula mereka akan mengikuti kita pada hari kiamat, kita adalah umat terakhir di dunia ini namun yang pertama di hari kiamat, yang akan diputuskan perkaranya sebelum makhluk yang lain”.
(Shahih Muslim no: 856 dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari dengan maknanya dari Abi Hurairah ra no: 876).

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Hari terbaik terbitnya matahari adalah pada hari jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu pula dimasukkan ke dalam surga dan pada hari itu tersebut dia dikeluarkan dari surga” (HR. Muslim: no: 854)

Di antara keutamaan hari ini adalah Allah subhanahu wata’ala menjadikan hari ini sebagai hari ‘ied bagi kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam sunannya dari Ibnu Abbas radhhiyallahu a’nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya hari ini adalah hari raya, Allah menjadikannya istimewa bagi kaum muslimin, maka barangsiapa yang akan mendatangi shalat jum’at maka hendaklah dia mandi”. (Ibnu Majah no: 1098)

Pada hari ini terdapat saat terkabulnya do’a, yaitu saat di mana tidaklah seorang hamba meminta kepada Allah subhanahu wata’ala padanya kecuali dia akan dikabulkan permohonannya. Diriwyatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhhiyallahu a’nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya pada hari jum’at terdapat satu saat tidaklah seorang muslim mendapatkannya dan dia dalam keadaan berdiri shalat dia meminta kepada Allah suatu kebaikan kecuali Allah memberikannya, dan dia menunjukkan dengan tangannya bahwa saat tersebut sangat sedikit. ( HR. Muslim no: 852 dan Al-Bukhari no: 5294)

Para ulama berbeda pendapat tentang waktu terjadinya dan pendapat yang paling kuat adalah dua pendapat:

1. Yaitu saat duduknya imam sehingga shalat selesai, dan alasan ulama yang berpendapat seperti ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Barrah bin Abi Musa bahwa Abdullah bin Umar berkata kepadanya: Apakah engkau pernah mendengar bapakmu membacakan sebuah hadist yang berhubungan dengan saat mustajab pada hari jum’at?. Dia berkata: Ya aku pernah mendengarnya berkata: Aku telah mendengar Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Dia terjadi saat antara imam duduk sehingga shalat selesai ditunaikan”.

2. Dia terjadi setelah asar, dan pendapat inilah yang paling kuat di antara dua pendapat tersebut, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Nasa’i dari Jabir radhhiyallahua’nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Hari jum’at itu dua belas jam, tidaklah seorang hamba yang muslim memohon kepada Allah sesuatu pada hari itu kecuali Dia akan memperkenankan permohonan hamab -Nya itu, maka carilah dia pada akhir waktu asar” (HR. An-Nasa’i: no: 1389).
Pendapat inilah yang dipegang oleh sebagian besar golongan salaf, dan telah didukung oleh berbagai hadits. Adapun tentang hadits riwayat Abi Musa yang sebelumnya maka hadits tersebut memiliki banyak cacat dan telah disebutkan oleh Al-hafiz Ibnu Hajar di dalam kitab Fathul Bari.
Di antara keutamaannya adalah bahwa hari itu adalah hari dihapuskannya dosa-dosa.

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhhiyallahua’nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Shalat lima waktu, jum’at ke jum’at yang lainnya dan ramadhan ke ramadhan yang lain adalah penghapus dosa antara keduanya selama dosa-dosa besar dijauhi”.

Di antara adab-adab jum’at yang perlu dijaga oleh orang yang beriman adalah:

1. Disunnahkan bagi imam untuk membaca (الم تنزيل) yaitu surat as-sajdah dan surat Al-Insan pada saat shalat fajar pada hari jum’at.
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari hadits riwayat Ibnu Abbas radhhiyallahua’nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam membaca pada waktu shalat fajar pada hari jum’at (الم تنزيل) as-sajdah dan (هل أتى على الإنسان حين من الدهر)

2. Disunnahkan memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam pada hari jum’at atau pada waktu malamnya, berdasarkan sabda Nabi dalam riwayat An-Nasa’i dari Aus bin Aus: Hari terbaik kalian adalah hari jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu dicabut nyawanya, pada hari itu akan terjadi tiupan sangkakala, pada hari itu dimatikannya seluruh makhluk pada hari kiamat, maka perbanyaklah membaca shalawat bagiku sebab shalawat kalian didatangkan kepadaku”.

Mereka bertanya wahai Rasulullah bagiamana shalawat kami didatangkan kepadamu padahal dirimu telah menjadi tulang belulang yang telah remuk?. Atau mereka berkata: Engkau telah remuk mejadi tanah?. Maka Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah mengharamkan kepada bumi memakan jasad para Nabi alaihimus shalatu was salam”. ( An—Nasa’I no: 1374)

Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam kitab sunannya dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Perbanyaklah membaca shalawat bagiku pada ahari jum’at dan malam jum’at, sebab barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku satu shalawat saja maka Allah subhanahu wata’ala akan membaca shalawat kepadanya sepuluh kali shalawat”.

3. Perintah untuk mandi jum’at dan masalah ini sangat ditekankan, bahkan sebagian ulama mengatakan wajib.
Diriwayatkn oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Sa’id Al-Khudri radhhiyallahua’nhu berkata: Aku bersaksi bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Mandi pada hari Jum’at diwajibkan bagi orang yang telah mencapai usia balig dan menjalankan shalat sunnah dan memakai minyak wangi jika ada”.

4. Disunnahkan menggunakan minyak wangi dan siwak, memakai pakaian yang terbaik.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari Abi Sa’id AL-Khudri dan Abi Hurairah radhhiyallahua’nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang mandi pada hari jum’at, memakai siwak, memakai pakaian yang terbaik, memakai minyak wangi jika dia memilikinya, memakai pakaian yang terbaiknya kemudan mendatangi mesjid sementara dia tidak melangkahi punak-pundak orang lain sehingga dia ruku’ (shalat) sekehendaknya, kemudian mendengarkan imam pada saat dia berdiri untuk berkhutbah sehingga selesai shalatnya maka hal itu sebagai penghapus dosa-dosa yang terjadi antara jum’at ini dengan hari jum’at sebelumnya ( Imam Ahmad: 3/81)

5. Mambaca surat Al-Khafi.
Diriwayatkan oleh Al-Hakim dari hadits Abi Said Al-Khudri radhhiyallahua’nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang membaca surat Al-kahfi pada hari jum’at maka akan maka sinar akan memancar meneranginya antara dua jum’at”. (Al-Hakim: 3/81).

6. Disunnahkan bersegera menuju shalat jum’at.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Aus Al-Tsaqofi dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang memandikan dan mandi, lalu bergegas menuju mesjid, mendekat kepada posisi imam, mendengar dan memperhatikan khutbah maka baginya dengan setiap langkah yang dilangkahkannya akan mendapat pahala satu tahun termasuk puasanya”. ( Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya: 2/209)

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abu Hurairah radhhiyallahua’nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang mandi pada hari jum’at yang sama seperti mandi janabah kemudian bersegera pergi ke mesjid maka dirinya seakan telah berkurban dengan seekor unta yang gemuk, dan barangsiapa yang pergi pada masa ke dua maka dia seakan berkurban dengan seekor sapi, dan barangsiapa yang pergi ke mesjid pada saat yang ke tiga maka dia seakan telah berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk, dan barangsiapa yang pergi ke mesjid pada saat yang keempat maka dia seakan telah berkurban dengan seekor ayam, dan barangsiapa yang pergi ke mesjid pada saat yang ke empat maka dia seakan telah berkurban dengan sebutir telur, dan apabila imam telah datang maka para malaikat hadir mendengarkan zikir (khutbah).”

Dan bersegera menuju masjid untuk shalat jum’at termasuk perbuatan sunnah yang agung nilainya, namun banyak dilalaikan oleh banyak masyarakat, dan semoga hadits-hadits yang telah disebutkan di atas bisa memberikan motifasi dan memperkuat tekad, serta mengasah semangat untuk bersegera meraih nilai yang utama ini. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (QS. Ali imron: 133)

Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu’alaihi wasallam dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

iloveallah.com

Kata Mutiara

MUSLIMAH....
Rindukan selalu Al-Qur'an kita pada setiap hari-hari kita.

MUSLIMAH....
Hadirkan QALBU kita pada saat tilawah Al-Qur'an.

Ibnu Qayyim Rahimahullah:
''Bila engkau ingin mengambil manfaat dari Al-Qur'an ,maka hadirkanlah QALBU-mu pada saat tilawah(membaca)dan mendengarnya.Perhatikanlah
,dan berkonsentrasinya orang yang diseru A-Qur'an oleh orang yang langsung diajak bicara oleh Azza wa jalla,karena Al-Qur'an adalah seruan Alloh kepadamu melalui lidah Rasul-Nya.''

ISTIQOMAHLAH...
Wujudkan impian menjadi MUSLIMAH SHALEHAH.