PACARAN VS TA'ARUF
Sahabatku..., sebetulnya apa sih pacaran
itu? Biasanya nih.., kalau ada cowok dan cewek saling suka, salah
satunya nyatain dan yang lainnya terima, itu berarti sudah pacaran. Buat
sebagian orang pacaran itu isinya jalan berdua, makan, nonton,
curhat-curhatan. Pokoknya just for fun lah!
Sebagai umat Islam kita perlu lho mengkritisi apakah “praktek pacaran” ini, sesuai atau tidak dengan aturan-aturan dalam Islam.
Pertama, kalau lagi pacaran maunya berdua terus. Beberapa hari tidak
ditelpon udah resah, seharian tidak di sms udah kangen. Begitu ketemu
pengen memandang wajahnya terus. Apalagi kalau pakai acara mojok berdua,
di tempat sepi mesra-mesraan. Waduh, hati-hati deh.
Rasulullah SAW
bersabda, “ Tiada bersepi-sepian seorang lelaki dan perempuan, melainkan
syetan merupakan orang ketiga diantara mereka.” Nah lo....
Kedua, kalau lagi pacaran rasanya seperti dimabuk cinta. Lupa yang
lainnya. Dunia serasa milik berdua yang lainnya ngontrak. Hati-hati juga
nih, nanti kita bisa lupa sama tujuan ALLAH menciptakan kita (manusia).
FirmanNya, “ Dan tidak Kuciptakan jin dan manusia, kecuali untuk
beribadah kepadaKu.” (QS 51:56)
Ketiga, di jaman serba permisif
ini seks udah jadi bumbu penyedap dalam pacaran (Majalah Hai edisi 4-10
Maret 2002). Majalah Kosmopolitan juga mengadakan riset di lima
universitas terbesar di Jakarta, dan ternyata dari yang mengaku pernah
melakukan aktivitas seksual, sebanyak 67,1% pertama kali melakukan
dengan pacarnya. Astaghfirullah.. :(
Memang banyak orang
pacaran awalnya tidak menjurus ke sana. Tapi gara-gara sering berdua,
ada kesempatan, dan diem-diem syetan udah ngerubung, yah terjadilah.
Pertama pegang tangan, terus rangkul pundak, terus…..terus…..wah bisa
kebablasan deh. Sahabatku, agama kita sangat melarang perbuatan semacam
itu.
FirmanNya, “Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu pekerjaan yang keji dan suatu jalan
yang buruk.” (QS 17:32)
Ternyata Al Quran udah melakukan tindakan
preventif dengan melarang mendekatinya, bukan melarang melakukannya.
Rasulullah SAW juga bersabda, “Seandainya kamu ditusuk dengan jarum
besi, maka itu lebih baik bagimu daripada menyentuh perempuan yang tidak
halal bagimu.” So.., pegang-pegangan tangan dengan non muhrim juga
tidak diperbolehkan.
Keempat, ternyata pacaran bukan jaminan
akan berlanjut ke jenjang perkawinan. Banyak orang di sekitar kita yang
sudah bertahun-tahun pacaran ternyata kandas di tengah jalan. Pacaran
pun tidak menjadikan kita tahu segalanya tentang si dia. Banyak yang
sikapnya berubah setelah menikah.
Kalaulah kini kita tahu
praktek pacaran tidak menjadi suatu jaminan bahkan banyak melanggar
aturan ALLAH dan tidak mendapat ridhoNya, masihkah kita yang mengaku
hambaNya, yang menginginkan surgaNya, yang takut akan nerakaNya, masih
melakukannya?” Hmm..., tapi kalau bukan dengan pacaran, gimana caranya
kita ketemu jodoh? Jaman sekarang kan kita tidak bisa gampang percaya
sama orang, jadi perlu ada penjajagan”. Sahabatku.., Islam punya solusi
yang mantap dan OK dalam memilih jodoh. Istilahnya ngetop dengan nama
TA’ARUF, yang artinya perkenalan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam masalah taaruf.
Pertama, ta’aruf itu sebenarnya hanya untuk penjajagan sebelum menikah.
Jadi kalau salah satu atau keduanya nggak merasa sreg bisa menyudahi
ta’arufnya. Ini lebih baik daripada orang yang pacaran lalu putus.
Biasanya orang yang pacaran hatinya sudah bertaut sehingga kalau tidak
cocok sulit putus dan terasa menyakitkan. Tapi ta’aruf, yang Insya ALLAH
niatnya untuk menikah Lillahi Ta’ala, kalau tidak cocok bertawakal
saja, mungkin memang bukan jodoh. Tidak ada pihak yang dirugikan maupun
merugikan.
Kedua, ta’aruf itu lebih fair. Masa penjajakan diisi
dengan saling tukar informasi mengenai diri masing-masing baik kebaikan
maupun keburukannya. Bahkan kalau kita tidurnya sering ngorok,
misalnya, sebaiknya diberitahukan kepada calon kita agar tidak
menimbukan kekecewaan di kemudian hari. Begitu pula dengan
kekurangan-kekurangan lainnya, seperti mengidap penyakit tertentu, tidak
bisa masak, atau yang lainnya. Informasi bukan cuma dari si calon
langsung, tapi juga dari orang-orang yang mengenalnya (sahabat, guru
ngaji, orang tua si calon). Jadi si calon tidak bisa ngaku-ngaku dirinya
baik. Ini berbeda dengan orang pacaran yang biasanya semu dan penuh
kepura-puraan. Yang perempuan akan dandan habis-habisan dan malu-malu
(sampai makan pun jadi sedikit gara-gara takut dibilang rakus). Yang
laki-laki biarpun lagi bokek tetap berlagak kaya traktir ini itu
(padahal dapet duit dari minjem temen atau hasil ngerengek ke ortu tuh).
Ketiga, dengan ta’aruf kita bisa berusaha mengenal calon dan
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Hal ini bisa terjadi karena kedua belah pihak
telah siap menikah dan siap membuka diri baik kelebihan maupun
kekurangan. Ini kan penghematan waktu yang besar. Coba bandingkan dengan
orang pacaran yang sudah lama pacarannya sering tetap merasa belum bisa
mengenal pasangannya. Bukankah sia-sia belaka?
Keempat,
melalui ta’aruf kita boleh mengajukan kriteria calon yang kita inginkan.
Kalau ada hal-hal yang cocok Alhamdulillah tapi kalau ada yang kurang
sreg bisa dipertimbangan dengan memakai hati dan pikiran yang sehat.
Keputusan akhir pun tetap berdasarkan dialog dengan ALLAH melalui sholat
istikharah. Berbeda dengan orang yang mabuk cinta dan pacaran. Kadang
hal buruk pada pacarnya, misalnya pacarnya suka memukul, suka mabuk,
tapi tetap bisa menerima padahal hati kecilnya tidak menyukainya. Tapi
karena cinta (atau sebenarnya nafsu) terpaksa menerimanya.
Kelima, kalau memang ada kecocokan, biasanya jangka waktu ta’aruf ke
khitbah (lamaran) dan ke akad nikah tidak terlalu lama.Ini bisa
menghindarkan kita dari berbagai macam zina termasuk zina hati. Selain
itu tidak ada perasaan “digantung” pada pihak perempuan. Karena semuanya
sudah jelas tujuannya adalah untuk memenuhi sunah Rasulullah yaitu
menikah.
Keenam, dalam ta’aruf tetap dijaga adab berhubungan
antara laki-laki dan perempuan. Biasanya ada pihak ketiga yang
memperkenalkan. Jadi kemungkinan berkhalwat (berdua-duaan) kecil yang
artinya kita terhindar dari zina.
Sahabatku, perlu digaris
bawahi, ta'aruf hanyalah sebuah proses saling mengenal, belum ada ikatan
untuk kelak pasti akan menikah, kecuali kalau sudah masuk proses yang
namanya khitbah. Ta'aruf bukanlah sebuah kepastian, hanyalah salah satu
ikhtiar manusia, sedangkan jodoh ada di tangan ALLAH. Sehebat-hebatnya
sebuah rencana, tetap rencana ALLAH-lah yang lebih hebat. Oleh
karenanya, ketika kita ta'aruf semestinya kita tidak perlu memendam
kecenderungan kepada pasangan, yang nantinya akan membuat kita sakit
hati jika ternyata proses taaruf yang sedang kita jalani tidak berjalan
seperti yang kita harapkan. Tetap bersikap legawa, apapun yg terjadi
dengan proses yang tengah kita hadapi. Karena, jodoh adalah kehendak
ALLAH.
Sahabatku.., sekarang sudah jelas kan apa perbedaan
pacaran dengan taaruf? Dalam islam tidak ada yang namanya pacaran, dan
pacaran itu hukumnya HARAM, karena aktivitas pacaran sangat dekat dengan
zina. Dan ternyata ta’aruf banyak kelebihannya dibanding dengan
pacaran, dan Insya ALLAH diridhoi ALLAH.
Jadi.., kita mau
mencari kebahagiaan dunia akhirat dan menggapai ridhoNya atau malah mau
mencari kesulitan, dengan mencoba-coba melanggar perintahNYa dan
mendapat murkaNya?. Sahabatku.., yuk kita benahi diri kita dan
menjaganya dari hal-hal yang dapat mengotori hati,
Artikel ini sungguh" bermanfaat.. :)
BalasHapusKetika ada seorang laki-laki bertanya seperti ini "ta'aruf itu dikenal dikalangan orang yang beragama dan di lingkungan pondok pesantren, sedangkan istilah pacaran dikenal di lingkungan masyarakat umun" apalagi seorang itu mempunyai buku tentang pacaran ala ulama. Mohon batuannya
BalasHapusItu adalah akal dan cara syaiton untuk meng halal kan pacaran sesungguh nya zinah adalah termasuk dosa besar...mau pacaran ala ulama ke ala ustd ke tetep kalo mau pacaran stelah nikah aja lebih baik
Hapus