51 KEUTAMAAN BERDZIKIR..
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..
...Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Berikut adalah keutamaan-keutamaan dzikir yang disarikan oleh Ibnu
Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya Al Wabilush Shoyyib. Moga bisa menjadi
penyemangat bagi kita untuk menjaga lisan ini untuk terus berdzikir,
mengingat Allah daripada melakukan hal yang tiada guna.
(1) mengusir setan.
(2) mendatangkan ridho Ar Rahman.
(3) menghilangkan gelisah dan hati yang gundah gulana.
(4) hati menjadi gembira dan lapang.
(5) menguatkan hati dan badan.
(6) menerangi hati dan wajah menjadi bersinar.
(7) mendatangkan rizki.
(8) orang yang berdzikir akan merasakan manisnya iman dan keceriaan.
(9) mendatangkan cinta Ar Rahman yang merupakan ruh Islam.
(10) mendekatkan diri pada Allah sehingga memasukkannya pada golongan
orang yang berbuat ihsan yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan
melihatnya.
(11) mendatangkan inabah, yaitu kembali pada Allah
‘azza wa jalla. Semakin seseorang kembali pada Allah dengan banyak
berdzikir pada-Nya, maka hatinya pun akan kembali pada Allah dalam
setiap keadaan.
(12) seseorang akan semakin dekat pada Allah
sesuai dengan kadar dzikirnya pada Alalh ‘azza wa jalla. Semakin ia
lalai dari dzikir, ia pun akan semakin jauh dari-Nya.
(13) semakin bertambah ma’rifah (mengenal Allah). Semakin banyak dzikir, semakin bertambah ma’rifah seseorang pada Allah.
(14) mendatangkan rasa takut pada Rabb ‘azza wa jalla dan semakin
menundukkan diri pada-Nya. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir, akan
semakin terhalangi dari rasa takut pada Allah.
(15) meraih apa yang Allah sebut dalam ayat,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Ingatlah pada-Ku, maka Aku akan melihat kalian.” (QS. Al Baqarah:
152). Seandainya tidak ada keutamaan dzikir selain yang disebutkan dalam
ayat ini, maka sudahlah cukup keutamaan yang disebut.
(16) hati akan semakin hidup. Ibnul Qayyim pernah mendengar gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
الذكر للقلب مثل الماء للسمك فكيف يكون حال السمك إذا فارق الماء ؟
“Dzikir pada hati semisal air yang dibutuhkan ikan. Lihatlah apa yang terjadi jika ikan tersebut lepas dari air?”
(17) hati dan ruh semakin kuat. Jika seseorang melupakan dzikir maka
kondisinya sebagaimana badan yang hilang kekuatan. Ibnul Qayyim
rahimahullah menceritakan bahwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sesekali
pernah shalat Shubuh dan beliau duduk berdzikir pada Allah Ta’ala sampai
beranjak siang. Setelah itu beliau berpaling padaku dan berkata, ‘Ini
adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini,
hilanglah kekuatanku’ –atau perkataan beliau yang semisal ini-.
(18) dzikir menjadikan hati semakin kilap yang sebelumnya berkarat.
Karatnya hati adalah disebabkan karena lalai dari dzikir pada Allah.
Sedangkan kilapnya hati adalah dzikir, taubat dan istighfar.
(19) menghapus dosa karena dzikir adalah kebaikan terbesar dan kebaikan akan menghapus kejelekan.
(20) menghilangkan kerisauan. Kerisauan ini dapat dihilangkan dengan dzikir pada Allah.
(21) ketika seorang hamba rajin mengingat Allah, maka Allah akan mengingat dirinya di saat ia butuh.
(22) jika seseorang mengenal Allah dalam keadaan lapang, Allah akan mengenalnya dalam keadaan sempit.
(23) menyelematkan seseorang dari adzab neraka.
(24) dzikir menyebabkan turunnya sakinah (ketenangan), naungan rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat.
(25) dzikir menyebabkan lisan semakin sibuk sehingga terhindar dari
ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dusta, perbuatan keji dan
batil.
(26) majelis dzikir adalah majelis para malaikat dan majelis orang yang lalai dari dzikir adalah majelis setan.
(27) orang yang berzikir begitu bahagia, begitu pula ia akan membahagiakan orang-orang di sekitarnya.
(28) akan memberikan rasa aman bagi seorang hamba dari kerugian di hari kiamat.
(29) karena tangisan orang yang berdzikir, maka Allah akan memberikan naungan ‘Arsy padanya di hari kiamat yang amat panas.
(30) sibuknya seseorang pada dzikir adalah sebab Allah memberi untuknya lebih dari yang diberikan pada peminta-minta.
(31) dzikir adalah ibadah yang paling ringan, namun ibadah tersebut amat mulia.
(32) dzikir adalah tanaman surga.
(33) pemberian dan keutamaan yang diberikan pada orang yang berdzikir, tidak diberikan pada amalan lainnya.
(34) senantiasa berdzikir pada Allah menyebabkan seseorang tidak
mungkin melupakan-Nya. Orang yang melupakan Allah adalah sebab sengsara
dirinya dalam kehidupannya dan di hari ia dikembalikan. Seseorang yang
melupakan Allah menyebabkan ia melupakan dirinya dan maslahat untuk
dirinya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu
Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka Itulah
orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hasyr: 19)
(35) dzikir adalah cahaya bagi pemiliknya di dunia, kubur, dan hari berbangkit.
(36) dzikir adalah ro’sul umuur (inti segala perkara). Siapa yang
dibukakan baginya kemudahan dzikir, maka ia akan memperoleh berbagai
kebaikan. Siapa yang luput dari pintu ini, maka luputlah ia dari
berbagai kebaikan.
(37) dzikir akan memperingatkan hati yang tertidur lelap. Hati bisa jadi sadar dengan dzikir.
(38) orang yang berdzikir akan semakin dekat dengan Allah dan bersama
dengan-Nya. Kebersamaan di sini adalah dengan kebersamaan yang khusus,
bukan hanya sekedar Allah itu bersama dalam arti mengetahui atau
meliputi. Namun kebersamaan ini menjadikan lebih dekat, mendapatkan
perwalian, cinta, pertolongan dan taufik Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An Nahl: 128)
وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 249)
وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al ‘Ankabut: 69)
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS. At Taubah: 40)
(39) dzikir itu dapat menyamai seseorang yang memerdekakan budak,
menafkahkan harta, dan menunggang kuda di jalan Allah, serta juga dapat
menyamai seseorang yang berperang dengan pedang di jalan Allah.
Sebagaimana terdapat dalam hadits,
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ
الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . فِى
يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ
“Barangsiapa yang mengucapkan ‘Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika
lah, lahul mulku, wa lahul hamdu, wa huwa ‘ala kulli syain qodiir dalam
sehari sebanyak 100 kali, maka itu seperti memerdekakan 10 budak.”[1]
(40) dzikir adalah inti dari bersyukur. Tidaklah bersyukur pada Allah
Ta’ala orang yang enggan berdzikir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda pada Mu’adz,
« يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ
وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ ». فَقَالَ « أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ
تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى
ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ »
“Wahai Mu’adz, demi
Allah, sungguh aku mencintaimu. Demi Allah, aku mencintaimu.” Lantas
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menasehatkan kepadamu
–wahai Mu’adz-, janganlah engkau tinggalkan di setiap akhir shalat
bacaan ‘Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik’
(Ya Allah tolonglah aku untuk berdzikir dan bersyukur serta beribadah
yang baik pada-Mu).”[2] Dalam hadits ini digabungkan antara dzikir dan
syukur. Begitu pula Allah Ta’ala menggabungkan antara keduanya dalam
firman Allah Ta’ala,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,
dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqarah: 152). Hal ini menunjukkan bahwa
penggabungan dzikir dan syukur merupakan jalan untuk meraih bahagia dan
keberuntungan.
(41) makhluk yang paling mulia adalah yang
bertakwa yang lisannya selalu basah dengan dzikir pada Allah. Orang
seperti inilah yang menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Ia
pun menjadikan dzikir sebagai syi’arnya.
(42) hati itu ada
yang keras dan meleburnya dengan berdzikir pada Allah. Oleh karena itu,
siapa yang ingin hatinya yang keras itu sembuh, maka berdzikirlah pada
Allah.
Ada yang berkata kepada Al Hasan, “Wahai Abu Sa’id, aku
mengadukan padamu akan kerasnya hatiku.” Al Hasan berkata, “Lembutkanlah
dengan dzikir pada Allah.”
Karena hati ketika semakin lalai,
maka semakin keras hati tersebut. Jika seseorang berdzikir pada Allah,
lelehlah kekerasan hati tersebut sebagaimana timah itu meleleh dengan
api. Maka kerasnya hati akan meleleh semisal itu, yaitu dengan dzikir
pada Allah ‘azza wa jalla.
(43) dzikir adalah obat hati
sedangkan lalai dari dzikir adalah penyakit hati. Obat hati yang sakit
adalah dengan berdzikir pada Allah.
Mak-huul, seorang tabi’in,
berkata, “Dzikir kepada Allah adalah obat (bagi hati). Sedangkan sibuk
membicarakan (‘aib) manusia, itu adalah penyakit.”
(44) tidak
ada sesuatu yang membuat seseorang mudah meraih nikmat Allah dan selamat
dari murka-Nya selain dzikir pada Allah. Jadi dzikir adalah sebab
datangnya dan tertolaknya murka Allah. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7). Dzikir adalah inti syukur sebagaimana telah
disinggung sebelumnya. Sedangkan syukur akan mendatangkan nikmat dan
semakin bersyukur akan membuat nikmat semakin bertambah.
(45)
dzikir menyebabkan datangnya shalawat Allah dan malaikatnya bagi orang
yang berdzikir. Dan siapa saja yang mendapat shalawat (pujian) Allah dan
malaikat, sungguh ia telah mendapatkan keuntungan yang besar. Allah
Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا
اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42) هُوَ
الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ
الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا (43)
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya
diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan
malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu
dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha
Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Ahzab: 41-43)
(46) dzikir kepada Allah adalah pertolongan besar agar seseorang mudah
melakukan ketaatan. Karena Allah-lah yang menjadikan hamba mencintai
amalan taat tersebut, Dia-lah yang memudahkannya dan menjadikan terasa
nikmat melakukannya. Begitu pula Allah yang menjadikan amalan tersebut
sebagai penyejuk mata, terasa nikmat dan ada rasa gembira. Orang yang
rajin berdzikir tidak akan mendapati kesulitan dan rasa berat ketika
melakukan amalan taat tersebut, berbeda halnya dengan orang yang lalai
dari dzikir. Demikianlah banyak bukti yang menjadi saksi akan hal ini.
(47) dzikir pada Allah akan menjadikan kesulitan itu menjadi mudah,
suatu yang terasa jadi beban berat akan menjadi ringan, kesulitan pun
akan mendapatkan jalan keluar. Dzikir pada Allah benar-benar
mendatangkan kelapangan setelah sebelumnya tertimpa kesulitan.
(48) dzikir pada Allah akan menghilangkan rasa takut yang ada pada jiwa
dan ketenangan akan selalu diraih. Sedangkan orang yang lalai dari
dzikir akan selalu merasa takut dan tidak pernah merasakan rasa aman.
(49) dzikir akan memberikan seseorang kekuatan sampai-sampai ia bisa
melakukan hal yang menakjubkan. Itulah karena disertai dengan dzikir.
Contohnya adalah Ibnu Taimiyah yang sangat menakjubkan dalam perkataan,
tulisannya, dan kekuatannya. Tulisan Ibnu Taimiyah yang ia susun sehari
sama halnya dengan seseorang yang menulis dengan menyalin tulisan selama
seminggu atau lebih. Begitu pula di medan peperangan, beliau terkenal
sangat kuat. Inilah suatu hal yang menakjubkan dari orang yang rajin
berdzikir.
(50) orang yang senantiasa berdzikir ketika berada
di jalan, di rumah, di lahan yang hijau, ketika safar, atau di berbagai
tempat, itu akan membuatnya mendapatkan banyak saksi di hari kiamat.
Karena tempat-tempat tadi, gunung dan tanah, akan menjadi saksi bagi
seseorang di hari kiamat. Kita dapat melihat hal ini pada firman Allah
Ta’ala,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1)
وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا
(3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا
(5)
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),
dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan
manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?", pada hari itu bumi
menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan
(yang sedemikian itu) kepadanya.” (QS. Az Zalzalah: 1-5)
(51)
jika seseorang menyibukkan diri dengan dzikir, maka ia akan terlalaikan
dari perkataan yang batil seperti ghibah (menggunjing), namimah (mengadu
domba), perkataan sia-sia, memuji-muji manusia, dan mencela manusia.
Karena lisan sama sekali tidak bisa diam. Lisan boleh jadi adalah lisan
yang rajin berdzikir dan boleh jadi adalah lisan yang lalai. Kondisi
lisan adalah salah satu di antara dua kondisi tadi. Ingatlah bahwa jiwa
jika tidak tersibukkan dengan kebenaran, maka pasti akan tersibukkan
dengan hal yang sia-sia.[3]
Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihaat.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus